Kabar Duka Dari Salah Satu Bos Terbaikku

Saya mempunyai grup WA yang isinya eks teman-teman di kantor lama dulu (Bulukumba).
Di situ tempat kami mengenang masa-masa sewaktu kami masih di sana, sekitar tahun 2006 sampai 2013. Saya sendiri meninggalkan kantor lama itu pada tahun 2012.

Kalau diingat-ingat, walaupun kotanya kecil, tapi herannya kami bisa hidup di sana dan fine-fine saja. Bahagialah istilahnya. Banyak cerita dan banyak kenangan.

Pagi hari ini sebelum berangkat ke kantor, saya mengirim sebuah foto kenangan di grup WA itu.
Foto itu diambil pada tahun 2009, dimana saya dan beberapa teman masih terlihat muda dan langsing, atau kurus lebih tepatnya, karena belum ada yang mengurus.

Foto Kenangan Sewaktu di Bulukumba (04.06.2009)

Di foto itu di sebelah kanan yang lagi duduk ada Bos gue. Beliau orang Magetan, sebelum di Bulukumba beliau bekerja di Kota Toli-Toli, Sulawesi Tengah.
Beliau salah satu Bos terbaik yang pernah saya jumpai, kebapakan, rendah hati, dan sabar.
Saya ingin melihat reaksi teman-teman terhadap foto itu.

Foto itu ditanggapi oleh teman-teman dengan kenangan yang membekas kepada mereka, lucu, dan membawa kami kembali ke masa-masa itu.
Tapi kemudian ada satu teman yang mengomentari foto itu dan mengabari kami bahwa Pak Bos sudah almarhum sejak tahun lalu. Beliau meninggal di Tanah Suci Mekkah saat menunaikan ibadah haji.

Kami semua langsung kaget, termasuk saya. 😢
Tidak ada yang bisa kami beri selain doa.
Kalau saya ingat, kemungkinan besar beliau sudah pensiun / purna bakti sejak 3 tahun lalu, dan Alhamdulillah beliau sudah merasakan yang namanya pensiun, sedangkan kami yang masih muda belum jelas apakah bisa mencapai masa itu atau tidak.

Saya ingat ketika beliau baru pindah ke Bulukumba dan tentu dengan budaya dan kuliner yang berbeda.
Suatu pagi, seperti biasa kami anak buahnya membeli kue dan menyediakan untuknya.
Salah satu kue yang disajikan adalah Jalan Kote, kue khas sini yang bentuknya seperti panada atau pastel.
Dan sambalnya yang cair, karena kami tidak ada wadah untuk menyimpannya, maka sambalnya kami simpan di gelas, jadi kalau mau makan tinggal tuang langsung ke Jalan Kotenya saja.

Nah, Si Bos ini pada waktu itu tidak tahu kalau itu sambal, dia kira itu jus yang disediakan untuknya.
Ketika kami sedang bekerja, kemudian Si Bos menghampiriku dan bertanya:
Bos: dek, itu minuman khas sini ya, kok rasanya pedes?
Saya: yang mana pak?
Bos: itu yang di meja saya, itu minuman khas sini ya, kok rasanya pedes?

Karena teman-teman yang lain juga dengar, akhirnya teman-teman yang lain pada balik, dan kemudian kami semua tertawa. 😂
Kami kemudian memberitahu Si Bos kalau yang di gelas itu adalah sambal, temannya kue Jalan Kote yang disajikan di piring.
Waduh, Si Bos sudah terlanjur minum sambalnya, dikiranya jus.
Salah kami juga sih, tidak memberitahu Si Bos dulu.
Kami baru nyadar, oh iya ya, Si Bos kan baru dan belum tahu apa-apa tentang budaya dan kuliner di sini.

Beliau juga dulu pernah bercertia kepada saya, kalau sebelum pekerjaannya yang sekarang, jauh sebelumnya di awal tahun 80an, beliau adalah seorang guru yang katanya gajinya Cuma 150 atau 300 rupiah, yang katanya cuma bisa beli sabun, beliau menceritakan itu sambil tertawa. Intinya beliau ingin menyampaikan bahwa dengan pekerjaan kami sekarang, kami harus mensyukuri itu.

Selamat jalan Bosku, saya bersaksi anda adalah orang baik.
Semoga keluar yang ditinggalkan diberi ketabahan dan selalu dalam perlindungan Allah SWT.
Semoga Bos mendapat kebaikan karena meninggal di Tanah Suci.
Kami semua iri pak, mengingat keutamaan orang yang meninggal di Tanah Sucinya Allah SWT.
Artinya Allah sayang sama bapak, yah, semua itu bapak layak dapatkan karena bapak orang baik.

Salam hormatku, dan Doaku untukmu Bos. 😇