Tuesday, December 13, 2016

Obrolan Tentang Kematian

Saya sangat mensyukuri punya atasan seperti Pak Bos, cerdas, sangat sederhana dan merakyat, religius namun tetap gaul, suka becanda dan tidak melulu bicara tentang kerjaan.
Beliau selalu mengatakan pengen pindah dari sini dan balik dekat home base di pulau Jawa, karena sudah 8 tahun di Sulawesi, tapi saya justru berharap bisa lebih lama bersama beliau karena dipimpin orang baik itu sungguh membuat nyaman. Maafkan do'a jelek saya pak! :D

Kejadiannya hampir 3 bulan yang lalu tapi saya baru sempat menulisnya sekarang.
Saat itu kami berempat bawahannya di panggil ke mejanya, ada kerjaan yang mau dibagi.
Salah satu rekan kami yang paling senior, seumuran sama Pak Bos, lagi drop karena tekanan darahnya lagi naik seminggu terakhir, membuatnya sulit menulis dan sulit beraktifitas.

Seperti kebiasaan beliau agar bawahannya tidak tegang, obrolan kerjaan selalu diselingi intermezo.
Mungkin Pak Bos, ingin menyemangati bahwa "kau tidak sendiri"!
Pak Bos pun menceritakan kekurangan-kekurangannya, mulai dari tidak tahan dingin, tangan yang mengecil dan gampang kesemutan karena ada syaraf kejepit, dan tentang kondisinya yang gampang lelah.

Saya baru menyadari dan mengaitkan ceritanya dengan pengalamanku saat menemaninya tugas luar, oh iya ya, Pak Bos doyan banget tidur kalau lagi tugas luar, sesingkat apapun itu waktunya, entah itu di mobil menuju bandara, menuju lokasi tugas, menunggu pesawat, menunggu jumatan dan lain-lain.
Saya tidak menyangka Pak Bos ternyata serapuh itu, bagi saya Pak Bos adalah orang yang enerjik, ternyata dibalik itu....

Beliau mengira mungkin kondisinya saat ini diakibatkan karena beliau malas berolahraga di waktu muda dulu.
Jadi, beliau menganjurkan kepada kami, agar disaat muda ini rajin berolahraga, agar tidak bernasib sama.
Katanya, jangankan sampai pensiun, masih hidup sampai hari inipun beliau sangat bersyukur bila mengingat kondisi fisiknya.
Dia sudah siap kapan saja meninggalkan anak istrinya, yang beliau pesankan adalah, beliau tidak peduli anaknya nanti jadi apa bila beliau tiada, karena saat hidup pun beliau tidak bisa menjamin anaknya jadi kaya, miskin, pintar atau bodoh, yang beliau tekankan pada anaknya adalah cukup taat kepada Tuhan.
Itu suatu perkataan yang menampar dan membangunkanku dari ketamakan akan duniawi.

Pak Bos kemudian bertanya pada rekan kami yang senior, "apa tidak salah, orang-orang seusia kita ini selalu berpikir tentang mati?"
Rekan kami hanya tersenyum, saya pun akhirnya menjawab "tidak pak, jangankan orang tua, saya pun selalu berpikir tentang mati sejak 3 tahun yang lalu!"
Semuanya pada heran, mungkin mereka menyangka hanya yang tua saja yang cenderung mengingat mati.

Ya, sejak kejadian mistis tiga tahun yang lalu, saya selalu dihantui tentang kematian.
Kejadian itu benar-benar membuatku trauma dan agak takut dengan tidur, terutama pada malam hari.
Kejadian itu membuatku selalu berdo'a bila hendak tidur siang maupun malam.
Terlebih lagi saya sudah menyadari karena melihat kenyataan yang ada bahwa mati tidak ditentukan oleh usia.
Kondisi fisik juga tidak menjamin, rajin olahraga, semangat, enerjik, bahkan jauh dari rokok.
Banyak keluarga, teman maupun tetangga, lebih tua, seumuran bahkan dibawahku, telah dipanggil oleh Tuhan, dipanggil dalam kondisi dan waktu apapun, yang paling mengerikan buatku adalah dipanggil saat sedang tidur.

Jangan lupa berdo'a sebelum tidur, karena betul kata pak ustadz, bila kita tidur, tidak ada yang menjamin kita bangun lagi, Tuhan lah yang punya kuasa untuk mengembalikan roh kita yang lagi berpetualang entah ke mana ke dalam jasad kita.

Sudah sering saya mendengar kejadian seperti itu, yang mengerikan juga adalah dipanggil dengan waktu yang tak disangka, hanya beberapa hari atau jam yang lalu kita bertemu, melihat atau mendengar kabar dan semuanya baik-baik saja, lalu ajal menjemput.

Saya juga menganjurkan untuk rajin berolahraga agar jantung lebih kuat dan hidup lebih berkualitas.
Mungkin dengan olahraga bisa membuat takdir kita ditulis ulang.
Itu seperti, 40% olahraga dan sehat, sedangkan 60% sisanya serahkan pada yang di atas.

Pelajaran yang bisa diambil juga adalah jangan terlalu lebay mengejar duniawi karena waktu hidup ini sangat singkat, kamu pasti kadang berpikir "lho, tak terasa saya sudah setua ini ya, apa yang saya lakukan selama ini?"
Kematian itu adalah hal yang pasti, hanya caranya saja yang tidak kita ketahui, semua orang harus siap, siap meninggalkan dunia yang begitu indah ini, karir dan juga meninggalkan orang-orang yang disayangi, oleh karena itu siapkanlah bekal yang banyak kawan!

Saya pikir saya gila, Alhamdulillah ternyata ada juga orang yang berpikir lebih tentang mati, saya merasa tidak sendiri.
Terimakasih pada Pak Bos yang telah berbagi cerita.
Semoga Tuhan memberikan umur yang panjang dan bermanfaat pada kami dan orang-orang  terkasih kami, Amiin.

No comments:

Post a Comment