Kemarin, untuk pertamakalinya saya ikut kegiatan donor darah yang diadakan rutin 3 bulan sekali di lingkungan kantor.
Awalnya saya bimbang juga apa mau ikutan atau tidak, soalnya malam hari sebelumnya saya sempat lemas dan agak demam, tapi untung saja demamnya cepat turun, jam 11 malam saya sudah merasa agak baikan.
Karena rasa penasaran yang besar akan manfaatnya maka saya bergegas ke lokasi, saya datang jam 11.15, daftar, cek dan langsung donor.
Saya pikir bakal ditolak karena saya tidur jam 12 malam, tapi ternyata diterima.
Pada 2011 lalu saat saya masih di Bulukumba, saya pernah ikutan juga tapi pas mau diambil darahnya langsung dibatalkan karena perawatnya bilang saya terlalu tegang, katanya kalau begitu nanti darah saya lebay keluarnya, padahal waktu itu saya santai-santaikan wajahku, lagian saya tidak mau kalah sama teman yang lebih kurus yang juga ikutan, tapi mungkin si perawat merasakan denyut nadiku meningkat kali ya?
gagal di detik terakhir saat hendak donor (28.07.11) |
Saat menunggu giliran, ada seorang wanita yang baru pertamakali donor terkulai lemas tak berdaya di depanku, dia langsung ditidurkan dengan kaki ditinggikan.
Waktu itu ada temanku bercanda bilang gini "nanti ko begitu juga Wal? Kalau ko begitu ndak ada yang mau angkat ko". Saya cuma tersenyum aja.
Tibalah giliranku, saya kira bakal gagal lagi di detik-detik terakhir, ternyata si perawat tetap lanjut.
Yang bikin trauma buatku adalah pada saat lengan ditekan untuk membuat tekanan darah, rasanya darah tu berontak pengen keluar, kemudian jarum dimaksukkan dan tekanan dilepas, rasanya seperti kamu pengen banget pipis lalu terlepas aaarrrggghhhhhh!
Saat sedang diambil darah, saya tidak merasakan pusing tapi kata dokter wajahku terlihat pucat, saya rasa itu wajar.
donor darah for the first time (25.01.17) |
Saat sedang diambil darah, saya tidak merasakan pusing tapi kata dokter wajahku terlihat pucat, saya rasa itu wajar.
Prosesnya tidak terlalu lama, 350 ml darahku sudah keluar.
Dan kembali lagi rasa yang beken trauma datang saat jarum ditarik keluar, aaarrgghhh terasa jarumnya bergesekan dengan kulitku.
Selesai donor saya tiduran dulu sekitar 1 atau 2 menit ngikutin saran teman, setelah itu saya ke tempat duduk tuk makan roti yang dibagikan.
Saat itu teman ngajak untuk ke kantin makan siang, tapi karena saya merasa ada yang tidak normal, jadi saya suruh teman untuk duluan aja.
Beberapa menit kemudian saya rasa makin mengantuk, setiap mengedipkan mata, saat dibuka pandangan makin tidak jelas, saya bertanya dalam hati apakah ini yang dimaksud pusing itu dan yang dirasakan oleh si cewek tadi?
Karena masih belum percaya, saya menutup mata dengan keras kemudian membuka lagi, saat itulah saya lihat pandanganku makin tidak jelas dan seperti orang mabuk.
Sebelum roboh seperti cewek tadi dan menanggung malu, saya kemudian menyusun kursi, saat itu satpam melihat dan langsung menghampiriku, dia bertanya tentang keadaanku, dan saya bilang saya pusing dan mau tiduran dulu.
Untung saja teman-temanku pada saat itu sudah pada pulang dan juga orang yang donor tinggal beberapa karena sudah siang juga, jadi ndak jadi malu.
Dokter dan para perawat juga lagi menikmati makan siangnya, tapi waktu itu suer saya ndak peduli, saya ndak bisa mikir apa-apa lagi, malu atau tidak, yang saya pengen hanya tiduran.
Saya takut terkena serangan jantung, karena saat itu saya merasa seperti orang yang tidak bisa merasa apa-apa lagi, saya juga merasa mual.
Dokter menjelaskan padaku bahwa yang saya rasakan itu normal, reaksi orang beda-beda bila kekurangan darah, apalagi ini pengalaman pertamaku, organ-organku masih menyesuaikan diri saat suplai oksigen ke otak berkurang, saya disuruh mengambil nafas dalam-dalam untuk mempercepat suplainya.
Katanya juga, itu juga bisa diakibatkan si pendonor tidak sarapan atau begadang, saya jadi ingat saya tadi pagi hanya makan kue 2 biji, saya kira donor itu seperti bekam, kalau mau donor maka lebih baik puasa, ternyata sebaliknya.
15 menit kemudian saya sudah agak baikan dan bisa duduk kembali, tapi saya nunggu dulu sampai perasaanku normal kembali.
Saya pengen ke mesjid untuk tidur tapi saya takut pergi sendiri, takutnya saya kehilangan daya lagi dan kemudian tergeletak di jalan.
Untungnya jam 12.40 ada teman yang datang tuk donor, kami cerita-cerita dulu tentang pengalaman dia donor dan tentang apa yang baru saja saya alami.
Kata dia, manfaat donor darah bakal membuatku ketagihan, oh ya?
Beberapa menit kemudian dia mengantarku ke mesjid.
Gara-gara lemas saya batalin main bola sore ini, yang hebatnya ada teman yang juga ikutan donor tadi malah lanjut main bola sore ini.
Menurut teman yang saya ajak cerita tadi, memang sih kalau badannya sudah terbiasa, rasanya tidak ada yang berbeda, nggak perlu istirahat lama-lama dan malah vitamin penambah darah pun kadang nggak diminum.
Saya juga jadi lebih peka terhadap dingin, saat shalat ashar saya merasa menggigil, padahal lobang ac sentral di mushalla sudah ditutup, saya kira itu karena darahku yang menyimpan panas telah banyak keluar.
Saat pulang dari kantor dan bawa mobil pun saya masih takut kalau rasa itu datang lagi.
Saat saya merasa ada yang tidak normal, saya langsung teriak menyemangati "come on, come on!"
Saat di rumah pun saya belum merasakan efek segar yang dimaksud, rasanya jiwaku seperti tak punya raga, saya seperti ringan melayang.
Baru pada hari ini saya mulai merasakan efek segar yang dimaksud.
Rasanya itu ringan seperti habis dibekam.
Yang ndak bisa saya lupa adalah pada saat jarum dimasukkan dan dilepaskan, rasanya itu memang hanya sedetik tapi rasanya itu bikin sakit ngilu geli-geli trauma yang sulit dijelaskan.
Itulah pengalamanku mendonorkan darah pertamakali.
Saya ndak tahu kalau nanti bakal ketagihan dan mau donor lagi atau milih bekam saja.
Saya harap kalian tidak sepertiku, selain manfaatnya yang banyak juga kalian bisa dapat amal.
Si penerima darahmu tidak tahu kalau itu milikmu dan tidak bisa berterima kasih padamu, tapi Tuhan Yang Maha Esa maha mengetahui dan yang akan membalas amal baikmu.
No comments:
Post a Comment