Di episode sebelumnya telah saya ceritakan bagaimana sulitnya move on dari kehidupan yang nyaman.
Pada kali ini adalah bagian kedua dari cerita tersebut.
Minggu, 01 Januari 2012, setelah ditunda selama sebulan, akhirnya saya menuju ke Makassar seorang diri, dimana di sana saya belum punya tempat tinggal, yang berarti saya harus mencari penginapan murah untuk bermalam.
dokumentasi sebelum berangkat ke Makassar (01.01.12) |
Rasanya sedih banget dan juga was-was, berhubung saya lebih banyak disopirin sama teman-teman kalau bepergian jauh.
Hidup di Makassar berarti mau tidak mau, saya harus memberanikan menyetir sendiri, tidak ada lagi teman yang membantu parkirin atau nemenin ke mana.
Ini adalah dokumentasi paling awal saya di Makassar, diambil dari kamar wisma murah tempat saya nginap sebelum saya mendapatkan kontrakan.
Untuk harga penginapan memang tergolong murah, tapi bila dibandingkan dengan kontrakan, harga 150rb/hari itu sangat memberatkan.
Saya sangat tidak percaya diri waktu itu, tanpa teman, saya harus berangkat menuju kantor baru, suatu tempat yang tidak pernah sedikitpun terbayangkan atau sedikitpun saya punya keinginan berada di sana, karena menurutku, tempat itu hanya untuk orang-orang pintar atau terkenal.
dokumentasi di hari kerja pertama di Makassar (02.01.12) |
Pada 05 Maret 2012, saya menikah dimana segala sesuatunya lebih banyak saya urus dari sini.
Di pernikahanku ini, tak sepeserpun saya dibantu oleh orang tua karena memang saya tidak mau merepotkan.
Cukuplah mereka menyekolahkanku! saya tidak mau merepotkan mereka lagi.
Rasanya cerita tentang kehidupan awal rumah tangga ini perlu diskip karena nanti ada bahasannya sendiri, saat ini saya pengen menceritakan tentang kerjaan saja.
6 Bulan pertama saya ditempatkan dibagian rumah tangga dimana dari awal saya tidak suka dengan job itu, saya tidak mau berurusan dengan uang dan barang lagi, saya takut berurusan dengan KPK!
Pengalaman setahun terakhir di Bulukumba sebagai bendahara sudah cukup buatku untuk tidak menyukai job itu.
Job bendahara telah membuat senyumku hilang setahun terakhir dan kemudian dengan mutasi saya berharap job yang tidak berhubungan dengan KPK dan kenyataannya saya dapatkan lagi ditempat baru, otomatis saya jadi pemurung dan nampak ogah-ogahan, bahkan saya sempat ditanya sama bos, apakah saya senang berada di sini?
Kantor baru ini berbeda, di kantor lama masing-masing punya speaker dan sering terjadi perang suara, sedangkan di sini orang hanya punya headset untuk mendengarkan musik sendiri.
Ruangan yang tertutup membuat suaramu begitu jelas ketika berbicara.
Bahkan saya bisa mendengar suara detakan jam dinding yang ada di ruangan.
Pada saat itu kantor ini lebih banyak diisi oleh para senior, tidak ada pria yang sepantaran atau yang dibawah, membuatku tidak punya teman ngobrol, berbicara pun saya harus hati-hati.
Bahkan futsal pun tidak bisa kami lakukan di sini.
Kalau mau futsal, ternyata harus cari komunitas sendiri-sendiri, saya baru bisa futsal ketika saya bergabung bersama teman-teman seangkatan dari kantor lain.
Selama 6 bulan pertama saya benar-benar merasa asing, saya selalu pulang jam 17.00 teng, suatu hal yang tidak pernah saya lakukan di tempat yang lama. Itu semua karena tidak adanya hiburan atau yang bisa dinikmati dari kantor ini.
Saat itu gudangku adalah satu-satunya tempat dimana saya bisa bebas berekspresi.
20 Juni 2012 atau tepat dihari ulang tahunku yang ke-26 adalah hari terakhirku memegang job itu.
Senang sekali bisa terdepak dari seksi itu. Suatu awal yang cerah buatku.
lepaskan ekspresi di gudang (20.06.12) |
Di seksi yang baru saya memang masih belum bisa move on, tapi banyaknya kegiatan di luar kantor membuatku sedikit terhibur.
Saya bersyukur bisa sedikit mengenyam tempat baru ini, karena saat berada di sinilah saya bisa berkeliling ke hampir seluruh kabupaten se Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara.
Tahun 2013-14 adalah periode yang sulit buatku.
Keterpurukan ekonomi karena membayar cicilan mobil, mahalnya kontrakan dan biaya bensin mobil membuat kami tidak bisa berlibur, membeli apa yang kami mau dan bahkan pulang kampung merayakan lebaran bersama orang tua.
Sangat menyedihkan pada saat kami harus menjaga kompleks di saat yang lain pulkam merayakan lebaran selama seminggu.
Apalagi istriku sempat terkena kista di awal 2013, untung saja kistanya cepat hancur.
Kami juga beberapa kali lari dari tukang tagih listrik karena tidak punya uang.
Makan dengan lauk hanya telur goreng selama 10 hari terakhir setiap bulannya.
Berbagi sebungkus indomie pada suatu hari.
Dan harus berjalan kaki sejauh 2 km pada suatu pagi karena tak sanggup membeli bensin mobil.
Membuat Istriku terlalu banyak mengeluarkan air mata pada waktu itu.
Membuat Istriku terlalu banyak mengeluarkan air mata pada waktu itu.
Bagaimana bisa bahagia bila kebutuhan pokok saja sulit kami penuhi?
Untungnya Tuhan menempatkanku di tempat yang tepat waktu itu, banyaknya tugas luar sedikit membantu kondisi perekonomian.
Mungkin Tuhan tau kebutuhanku, setelah istriku terbebas dari kista, pada awal 2013 saya dipindahkan dari Bidang tersebut, mungkin saya dipersiapkan untuk tantangan baru lagi.
Hanya setahun berselang saya lagi-lagi dipindahkan, namun kedua tempat tersebut sama-sama membuatku nyaman, selain dari sisi kerjaan mungkin kenyamanan tersebut didukung oleh lingkungan kantor yang mulai banyak diisi anak-anak muda dan juga adanya kegiatan futsal dan bola.
Ya, 2013-14 memang periode yang sulit dari sisi ekonomi tapi merupakan tahap awal kenyamanan bekerja di Makassar.
Pertengahan 2013 banyak anak muda masuk di kantor ini, begitu juga di tahun 2014 dan akhirnya pada April 2014 futsal pertama berhasil diadakan yang kemudian disusul dengan bola lapangan semi besar yang diadakan pada hari tertentu di lapangan bola kantor.
Dengan adanya kegiatan tersebut otomatis membuat kehidupan tidak kosong lagi.
Kemudian di awal tahun 2014 saya mendapatkan motor dinas yang artinya biaya bensin sebesar minimal 500rb sebulan bisa secara drastis terhemat.
Pada Agustus 2014, cicilan mobil lunas dan 3 bulan kemudian saya diberi rumah dinas yang artinya terbebas dari biaya kontrak yang mahal, kedua beban terberatku selama ini akhirnya hilang.
Agustus 2015, untuk menyibukkan sekaligus mengembangkan diri, saya mengikuti kegiatan kursus gitar.
Januari 2016 saya mulai melanjutkan kuliah lagi bersama teman-teman.
3 tahun terakhir ini saya merasa sangat nyaman berada di sini, dari lingkungan kerja, kerjaan dan kegiatan lainnya.
2 bulan lalu, ada mutasi dan namaku tidak ada dalam daftar itu, yang artinya saya aman untuk 1 tahun ke depan, tapi saya sadar diri, Januari 2017 ini artinya saya sudah 5 tahum berada di sini, mungkin tahun depan gilliran saya pindah dari kantor ini.
Tapi saya berharap hanya pindah kantor saja, bukan pindah kota, karena saya masih ingin berada di sini, menikmati fasilitas kota ini, menyelesaikan kuliah dan menyalurkan sekaligus mengembangkan hobi bermusik.
Yang paling berat bila suatu saat meninggalkan kota ini adalah meninggalkan lapangan depan kantor itu.
Di kota lain kita hanya bisa bermain futsal, tidak bisa menciptakan gol heading dan hanya melawan teman sekantor sendiri, sedangkan di sini kita bisa berkompetisi dengan teman-teman dari kantor lain dalam berbagai ajang kompetisi, jadi ada gengsi yang dipertaruhkan, dan di sini kita bisa bermain bola lapangan semi besar.
Kalau diingat-ingat 2 tahun pertama saya sangat membenci tempat ini, dan untuk selanjutnya sangat nyaman berada di sini, lagi-lagi waktu dan lingkungan yang membuat diri ini bisa move on.
Bila dirangkum akan seperti ini:
2012-2013 susah move on dari kenyamanan Bulukumba dan merupakan masa adaptasi di Makassar.
2013-sekarang, makin nyaman di Makassar dan susah move on dari kenyamanan ini.
Itulah kisahku mengenai susahnya move on hingga susahnya move on bagian kedua.
Akan ada suatu masa saya akan pindah dari kantor ini dan tentunya di tempat baru nanti akan memerlukan masa adaptasi lagi.
Masa-masa itulah yang paling sulit, saya butuh 2 tahun untuk beradaptasi di sini dan mungkin membuat orang menilaiku adalah pribadi yang aneh.
Saya harus bersiap akan masa itu, dan berharap bila di tempat baru nanti tidak akan selama itu.
Hanya setahun berselang saya lagi-lagi dipindahkan, namun kedua tempat tersebut sama-sama membuatku nyaman, selain dari sisi kerjaan mungkin kenyamanan tersebut didukung oleh lingkungan kantor yang mulai banyak diisi anak-anak muda dan juga adanya kegiatan futsal dan bola.
Ya, 2013-14 memang periode yang sulit dari sisi ekonomi tapi merupakan tahap awal kenyamanan bekerja di Makassar.
Pertengahan 2013 banyak anak muda masuk di kantor ini, begitu juga di tahun 2014 dan akhirnya pada April 2014 futsal pertama berhasil diadakan yang kemudian disusul dengan bola lapangan semi besar yang diadakan pada hari tertentu di lapangan bola kantor.
Dengan adanya kegiatan tersebut otomatis membuat kehidupan tidak kosong lagi.
kegiatan futsal kantor perdana (15.04.14) |
Kemudian di awal tahun 2014 saya mendapatkan motor dinas yang artinya biaya bensin sebesar minimal 500rb sebulan bisa secara drastis terhemat.
Pada Agustus 2014, cicilan mobil lunas dan 3 bulan kemudian saya diberi rumah dinas yang artinya terbebas dari biaya kontrak yang mahal, kedua beban terberatku selama ini akhirnya hilang.
Agustus 2015, untuk menyibukkan sekaligus mengembangkan diri, saya mengikuti kegiatan kursus gitar.
Januari 2016 saya mulai melanjutkan kuliah lagi bersama teman-teman.
3 tahun terakhir ini saya merasa sangat nyaman berada di sini, dari lingkungan kerja, kerjaan dan kegiatan lainnya.
2 bulan lalu, ada mutasi dan namaku tidak ada dalam daftar itu, yang artinya saya aman untuk 1 tahun ke depan, tapi saya sadar diri, Januari 2017 ini artinya saya sudah 5 tahum berada di sini, mungkin tahun depan gilliran saya pindah dari kantor ini.
Tapi saya berharap hanya pindah kantor saja, bukan pindah kota, karena saya masih ingin berada di sini, menikmati fasilitas kota ini, menyelesaikan kuliah dan menyalurkan sekaligus mengembangkan hobi bermusik.
Yang paling berat bila suatu saat meninggalkan kota ini adalah meninggalkan lapangan depan kantor itu.
Di kota lain kita hanya bisa bermain futsal, tidak bisa menciptakan gol heading dan hanya melawan teman sekantor sendiri, sedangkan di sini kita bisa berkompetisi dengan teman-teman dari kantor lain dalam berbagai ajang kompetisi, jadi ada gengsi yang dipertaruhkan, dan di sini kita bisa bermain bola lapangan semi besar.
di suatu kompetisi di lapangan bola semi besar depan kantor (11.06.14) |
Kalau diingat-ingat 2 tahun pertama saya sangat membenci tempat ini, dan untuk selanjutnya sangat nyaman berada di sini, lagi-lagi waktu dan lingkungan yang membuat diri ini bisa move on.
Bila dirangkum akan seperti ini:
2012-2013 susah move on dari kenyamanan Bulukumba dan merupakan masa adaptasi di Makassar.
2013-sekarang, makin nyaman di Makassar dan susah move on dari kenyamanan ini.
Itulah kisahku mengenai susahnya move on hingga susahnya move on bagian kedua.
Akan ada suatu masa saya akan pindah dari kantor ini dan tentunya di tempat baru nanti akan memerlukan masa adaptasi lagi.
Masa-masa itulah yang paling sulit, saya butuh 2 tahun untuk beradaptasi di sini dan mungkin membuat orang menilaiku adalah pribadi yang aneh.
Saya harus bersiap akan masa itu, dan berharap bila di tempat baru nanti tidak akan selama itu.
silahkan!
ReplyDeleteBagimu Agamamu, Bagiku Agamaku!