Saturday, November 10, 2018

Pertamakali ke Rammang-Rammang Maros




3 atau 4 tahun lalu saya baru mengetahui ada objek wisata yang indah di Maros.
Namanya Rammang-Rammang. Tempatnya kayak pedesaan yang asri begitu.
Saya tertarik pengen ke sana karena di sana kita bisa naik perahu menyusuri sungai dan itu mengingatkan saya akan masa kecilku dan almarhum kakkekku.

Gila ya, baru pada tahun ini semua itu kesampaian, padahal kami di Makassar lho, Cuma beberapa kilo aja ke Maros.
Malah kami keduluan oleh Pak Sandi, yang baru 4 bulan hidup di Makassar.

Kami pergi berempat, saya dan istri serta Mas Devi dan Pak Sandi.
Sebenarnya 2 orang terakhir ini kalau akhir pekan hidupnya gak di sini, tapi berhubung mereka nggak pulang ke pulau Jawa, ya tercetuslah ide untuk jalan bareng di Rammang-Rammang ini. Saya juga lebih senang kalau jalan rame-rame seperti ini.

Apa ya yang mesti saya bilang? Indah sih, tapi fasilitasnya masih kurang sih menurut saya, terutama toilet, dan juga pertunjukan atau hiburan dari masyarakat sekitar.
Kita di sini hanya naik perahu, menikmati alam dan makan kelapa doank. Kan lebih seru kalau ada pertunjukan budaya atau pameran apa kek dari masyarakat.

Kami sempat bertemu dengan bule Jerman yang semalam habis nginap di area Rammang-Rammang ini, tapi bukan di tempat penginapannya ya, tapi di tempat jualan yang nggak bertembok, jadi mereka cuma pakai kelambu aja saat malam.

Bayangkan guys, si bule aja yang biasa pakai bikini di pantai, merasa risih dengan toilet yang ada di Rammang-Rammang ini. Apalagi kita kan?
Dia bilang seandainya fasilitas lebih bagus, para bule pasti akan balik lagi ke sini.

So guys, ini masukan juga nih buat kita.
Memang sih katanya Rammang-Rammang ini gak dipegang pemerintah, tapi paguyuban masyarakat di sana doank, jadi pemeliharaan dan pembangunan fasilitas murni swadaya dari masyarakat dan juga dari hasil tiket masuk ke sini.

Yah, saya bahagia bisa liburan bersama, ini pasti jadi kenangan di masa depan.
Dan saya juga sangat bersyukur bisa bernostalgia, naik perahu menyusuri sungai.

No comments:

Post a Comment