Ada yang aneh pada turnamen kali ini, gaung Piala AFF 2018 tidak nyaring terdengar. Kita seperti tidak bersemangat menyambutnya. Kelihatan berbeda sekali saat turnamen-turnamen yang kita jalani sebelumnya di tahun ini.
Teringat sewaktu turnamen Piala AFF U-16 dimana kita jadi juara,
kemudian Piala AFF U-19 kita hanya bisa meraih peringkat ketiga, kemudian Piala
AFC U-16 dan U-19 dimana kita hanya bisa sampai perempat final.
Walaupun hanya turnamen level junior tapi kita sangat antusias dan
semarak menyambutnya, kita begitu larut dan semangat menontonnya.
Untuk level setengah senior alias U-23 plus-plus yang artinya plus pemain
senior 3 orang, kita bermain di Asian Games, terlihat sama juga, kita sangat
gila dan terbawa emosi padahal kita yang sebagai tuan rumah hanya sampai di
babak 16 besar.
Teringat juga sewaktu Turnamen AFF terakhir di tahun 2016, kita juga
begitu gila dan menaruh harapan tinggi padahal waktu itu kita baru saja absen
selama 2 tahun dari sepakbola internasional karena skorsing dari FIFA.
Kita seperti ikan piranha yang berebutan daging. Sangat gila dan
bersemangat!
Tapi lihatlah kini, tidak ada antusiasme.
Saya tidak tahu apakah ini karena pelatih dan komposisi pemain kita?
Seperti kita tahu bahwa Luis Milla pelatih asal Spanyol yang pernah
bermain untuk Real Madrid dan Barcelona yang sudah menangani timnas kita selama
kurang lebih 1,5 tahun memilih untuk tidak melanjutkan kontraknya karena
menurutnya terlalu banyak yang ikut campur dengan caranya melatih dan memilih
pemainnya.
Pada akhirnya tongkat estafet diserahkan ke asistennya, pemain legend
kita yang seangkatan dengan Kurniawan di program Primavera Italia, Bima Sakti.
Tidak sedikit yang mencomooh pergantian ini karena menilai Bima Sakti
masih minim pengalaman, Bima dinilai mesti belajar terlebih dahulu menangani
tim di level Liga 3 Indonesia.
Padahal apa sih yang telah diberikan Luis Milla kepada timnas? Tidak ada!
Tapi kenapa banyak tifosi yang tidak rela dia pergi?
Yah karena rakyat sudah cerdas,
tidak ada prestasi yang instan, Luis Milla walaupun tidak memberikan gelar tapi
dia berhasil merubah permainan Indonesia, merubah taktik permainan dan sedang
berusaha membangun persepakbolaan Indonesia dari dasar. Itu yang bisa kita
lihat disaat timnas dipegang oleh Luis Milla.
Masih banyak yang yakin Luis Milla mampu merubah sepak bola kita.Masih banyak yang yakin Luis Milla mampu mengangkat derajat persepakbolaan kita.
Tak ada ribut-ribut pada turnamen kali ini, tak ada yang mengingatkan tentang menonton jadwal timnas, bahkan Liga 1 pun tetap bergulir di saat timnas bermain di ajang ini.
apalagi kita sudah kalah di partai pertama dengan permainan yang sangat tidak bersemangat, semakin membuat kita malas untuk membicarakan timnas di ajang ini.
Sangat jauh berbeda saat Luis Milla menangani timnas, kita kalah
dengan terhormat, kita bisa merasakan semangat para pemain di lapangan, kita
kalah namun dengan spirit yang luar biasa.
Saya teringat waktu Piala Asia 2007, saat itu juga keadaannya seperti
ini, tak bergaung, namun saat di partai pertama kita menang atas Bahrain 2-1,
di partai selanjutnya melawan Arab Saudi dan Korea Selatan, suporter kita
bangkit dari tidurnya dan menyesaki stadion, yang tidak bisa menonton langsung
pun, akhirnya menanti-nantikan partai timnas selanjutnya.
Waktu itu hasil yang kita dapat buruk, kita kalah di dua partai sisa
itu dan membuat kita tidak lolos fase grup karena hanya berada di peringkat
tiga klasemen, tapi rakyat Indonesia saat itu tidak ada yang kecewa dan
mencemooh, semuanya bangga, karena apa? Karena semua mata melihat para pemain
berjuang dengan keras, berjuang dengan spirit yang luas biasa, hingga penonton
di lapangan dan bahkan yang di rumah pun bisa merasakannya.
Kita melangkah ke depan, bukan ke belakang, jadi kita harus meneruskan
langkah persepakbolaan kita.
Kita lihat di partai selanjutnya sebentar malam saat melawan Timor
Leste, apakah para pemain dapat membuat kita semangat dan bangga mendukungnya
atau tidak.
Masih terlalu dini untuk menilai apakah kita bisa melangkah lebih jauh
di turnamen ini.
Semoga di partai sisa kita bisa berubah.
Semoga apa yang terjadi di tahun 2007 terjadi sekarang. Memutar mata
para suporter untuk melirik kembali timnas dengan semangat. Tapi tentu dengan
hasil yang lebih baik dari tahun itu.
No comments:
Post a Comment