Tuesday, November 13, 2018

Gaung Piala AFF 2018 Tak Nyaring

Piala AFF 2018 baru saja dimulai 4 hari yang lalu. Indonesia sudah menjalani partai pertamanya dan hasilnya kalah dari tuan rumah Singapura 0-1.
Ada yang aneh pada turnamen kali ini, gaung Piala AFF 2018 tidak nyaring terdengar. Kita seperti tidak bersemangat menyambutnya. Kelihatan berbeda sekali saat turnamen-turnamen yang kita jalani sebelumnya di tahun ini.

Teringat sewaktu turnamen Piala AFF U-16 dimana kita jadi juara, kemudian Piala AFF U-19 kita hanya bisa meraih peringkat ketiga, kemudian Piala AFC U-16 dan U-19 dimana kita hanya bisa sampai perempat final.
Walaupun hanya turnamen level junior tapi kita sangat antusias dan semarak menyambutnya, kita begitu larut dan semangat menontonnya.

Untuk level setengah senior alias U-23 plus-plus yang artinya plus pemain senior 3 orang, kita bermain di Asian Games, terlihat sama juga, kita sangat gila dan terbawa emosi padahal kita yang sebagai tuan rumah hanya sampai di babak 16 besar.

Teringat juga sewaktu Turnamen AFF terakhir di tahun 2016, kita juga begitu gila dan menaruh harapan tinggi padahal waktu itu kita baru saja absen selama 2 tahun dari sepakbola internasional karena skorsing dari FIFA.
Kita seperti ikan piranha yang berebutan daging. Sangat gila dan bersemangat!

Tapi lihatlah kini, tidak ada antusiasme.
Saya tidak tahu apakah ini karena pelatih dan komposisi pemain kita?
Seperti kita tahu bahwa Luis Milla pelatih asal Spanyol yang pernah bermain untuk Real Madrid dan Barcelona yang sudah menangani timnas kita selama kurang lebih 1,5 tahun memilih untuk tidak melanjutkan kontraknya karena menurutnya terlalu banyak yang ikut campur dengan caranya melatih dan memilih pemainnya.

Pada akhirnya tongkat estafet diserahkan ke asistennya, pemain legend kita yang seangkatan dengan Kurniawan di program Primavera Italia, Bima Sakti.
Tidak sedikit yang mencomooh pergantian ini karena menilai Bima Sakti masih minim pengalaman, Bima dinilai mesti belajar terlebih dahulu menangani tim di level Liga 3 Indonesia.

Padahal apa sih yang telah diberikan Luis Milla kepada timnas? Tidak ada!
Tapi kenapa banyak tifosi yang tidak rela dia pergi?
Yah karena rakyat sudah cerdas, tidak ada prestasi yang instan, Luis Milla walaupun tidak memberikan gelar tapi dia berhasil merubah permainan Indonesia, merubah taktik permainan dan sedang berusaha membangun persepakbolaan Indonesia dari dasar. Itu yang bisa kita lihat disaat timnas dipegang oleh Luis Milla.
Masih banyak yang yakin Luis Milla mampu merubah sepak bola kita.
Masih banyak yang yakin Luis Milla mampu mengangkat derajat persepakbolaan kita.

Tak ada ribut-ribut pada turnamen kali ini, tak ada yang mengingatkan tentang menonton jadwal timnas, bahkan Liga 1 pun tetap bergulir di saat timnas bermain di ajang ini.
apalagi kita sudah kalah di partai pertama dengan permainan yang sangat tidak bersemangat, semakin membuat kita malas untuk membicarakan timnas di ajang ini.

Sangat jauh berbeda saat Luis Milla menangani timnas, kita kalah dengan terhormat, kita bisa merasakan semangat para pemain di lapangan, kita kalah namun dengan spirit yang luar biasa.

Saya teringat waktu Piala Asia 2007, saat itu juga keadaannya seperti ini, tak bergaung, namun saat di partai pertama kita menang atas Bahrain 2-1, di partai selanjutnya melawan Arab Saudi dan Korea Selatan, suporter kita bangkit dari tidurnya dan menyesaki stadion, yang tidak bisa menonton langsung pun, akhirnya menanti-nantikan partai timnas selanjutnya.
Waktu itu hasil yang kita dapat buruk, kita kalah di dua partai sisa itu dan membuat kita tidak lolos fase grup karena hanya berada di peringkat tiga klasemen, tapi rakyat Indonesia saat itu tidak ada yang kecewa dan mencemooh, semuanya bangga, karena apa? Karena semua mata melihat para pemain berjuang dengan keras, berjuang dengan spirit yang luas biasa, hingga penonton di lapangan dan bahkan yang di rumah pun bisa merasakannya.

Kita melangkah ke depan, bukan ke belakang, jadi kita harus meneruskan langkah persepakbolaan kita.
Kita lihat di partai selanjutnya sebentar malam saat melawan Timor Leste, apakah para pemain dapat membuat kita semangat dan bangga mendukungnya atau tidak.
Masih terlalu dini untuk menilai apakah kita bisa melangkah lebih jauh di turnamen ini.
Semoga di partai sisa kita bisa berubah.
Semoga apa yang terjadi di tahun 2007 terjadi sekarang. Memutar mata para suporter untuk melirik kembali timnas dengan semangat. Tapi tentu dengan hasil yang lebih baik dari tahun itu.

No comments:

Post a Comment