Kebetulan hari ini kerjaan lagi longgar jadi saya manfaatin untuk
mengurus SIM.
Ini adalah kali kedua saya mencoba mengurus setelah sebelumnya pada
tahun lalu harus berakhir dengan kegagalan karena saya masih belum memiliki KTP
sini (Makassar).
Kalau pada tahun lalu saya masih melihat ada calo mondar-mandir dengan
terang-terangan, pada hari ini hal tersebut tidak ada lagi. Berarti telah ada
perubahan ke arah yang lebih baik, pikirku waktu itu.
Setelah mengisi formulir, ada seorang petugas mengajak saya untuk
melakukan tes kesehatan dulu.
Dia mengarahkan saya ke tempat dokter berada.
Pikiran saya langsung tidak enak karena petugas yang aktif berinisiatif
melayani seperti ini jarang terjadi kecuali kalau ada udang dibalik batunya.
Tes kesehatan telah saya lakukan dan biayanya 25.000.
Namun sebelum saya keluar dari tempat tes, si dokter berucap “kita kasi juga bapak yang tadi nah”
dengan suara yang tidak terlalu jelas/tegas, jadi saya tidak menghiraukannya.
Si bapak polisi tadi juga sudah ke tempat lain,
masa saya harus nyari-nyari dia hanya untuk memberi 25.000?
masa saya harus nyari-nyari dia hanya untuk memberi 25.000?
Kayaknya si bapak itu menandai siapa-siapa saja yang menjadi customer-nya.
Karena tidak ada yang memandu, setelah itu saya langsung ke tempat
orang banyak berkumpul.
Ternyata itu tempat tes teori.
Pada saat mau masuk ke tempat tes teori-pun tidak beraturan.
Tidak ada petugas yang menjelaskan dan menawarkan untuk masuk ke
ruangan tersebut.
Kita tidak akan dapat tempat dan hanya dibiarkan berdiri di depan pintu
kalau tidak berinisiatif sendiri mencari tempat.
Ada saat yang menjengkelkan, pada saat itu saya belum tahu kalau harus
membayar dulu di loket bank yang ada di depan kemudian melakukan registrasi,
baru bisa melakukan tes teori.
Karena saya langsung masuk ke tempat tes teori, ada petugas wanita yang
menanyai saya.
Petugas
|
:
|
Sudah bayar?, mana tanda
terimanya?
|
Saya
|
:
|
Bayar apa?
|
Petugas
|
:
|
Bayar dulu, nanti dikasi tanda
terima, baru bisa tes.
|
Saya
|
:
|
(Saya mikir, ini bayar apaan ya?)
|
berapa?
|
||
Petugas
|
:
|
(dia diam sejenak kemudian bertanya)
|
dimana-kah kita kerja?
|
||
Saya
|
:
|
(diam kesal dan mikir, kenapa sih harus selalu ada pertanyaan seperti
ini bila mengurus sesuatu? Apa hubungannya mengurus SIM dengan saya kerja
dimana? Apakah kalau PNS, tukang kayu, tukang batu, pedagang, pengusaha pada lain
biayanya?)
|
Petugas
|
:
|
(mungkin karena saya tidak merespon akhirnya dia bilang)
|
kasi-mi 350.000.
|
||
Saya
|
:
|
(masih mikir, ini bayaran apa ya? Karena sebelumnya di tempat pengambilan
Formulir, saya hanya sempat membaca biaya pembuatan SIM C = 100.000 dan biaya SIM
A = 120.000. Apakah ini biaya lain lagi / beda dengan biaya SIM?)
|
Petugas
|
:
|
(mungkin karena saya masih tetap diam dan dia lagi banyak urusan dgn
yang lain, Akhirnya dia bilang)
|
kita ke depan saja, bayar dulu,
baru ke sini lagi.
|
||
Saya
|
:
|
(baru mengerti, ooooh jadi maksudnya bayar biaya pembuatan SIM?, tapi
kok dia meminta saya 350.000?)
|
Saya kesal karena ditanyai kerja di mana.
Apa hubungannya dengan mengurus SIM?
Lagian kenapa tidak langsung mengarahkan saya untuk membayar di loket
depan?
Bila saya memberinya 350.000 dan kemudian dia menyetorkan ke loket,
sisanya ke mana?
Kenapa tidak langsung memberi informasi yang benar?
Bayangkan bila hal tersebut terjadi pada orang yang benar-benar awam.
Setelah saya melakukan pembayaran di loket kemudian saya mengantri
untuk proses registrasi data.
Saat di antrian, ada seorang anak wanita (mungkin dia masih pelajar)
meminta uang pada ibunya untuk pembayaran lagi.
Saya mendengar obrolan mereka tentang pembayaran yang sudah mencapai
600.000.
Mereka memang mengurus 2 SIM, tapi kok biayanya sampai segitu?
Saya sangat menyayangkan kenapa mereka tidak mencari tahu info dari
pengumuman yang ditempel di loket.
Kenapa mereka hanya menuruti saja pungutan-pungutan itu?
Setelah selesai shalat Jumat, saya ke proses selanjutnya, yaitu Foto.
Ada 3 bilik foto, ada yang terisi, ada yang kosong.
Yang saya heran, kenapa petugas tidak mempersilahkan kami masuk bila
ada tempat yang kosong?
Saya sudah datang lebih dulu, tapi karena tidak dipanggil masuk, saya
tidak masuk karena saya merasa tidak enak bila melangkahi kewenangan petugas.
Tiba-tiba ada orang yang baru datang dan langsung nyelonong duduk di
bilik tersebut.
Di situlah saya mengerti bahwa tidak perlu menunggu dipersilahkan, tapi
aktiflah mencari.
Setelah tempat tersebut kembali kosong, saya duduk disitu dengan
harapan untuk difoto segera.
Si petugas meminta maaf untuk pergi sebentar.
Karena lama menunggu dan ada lagi bilik yang kosong, saya langsung ke
bilik tersebut.
Sesampai di situ petugasnya malah asyik nelponan dan tidak menghiraukan
saya.
Saya kira dia sedang telponan dengan seorang wanita karena ada bahasa
yang agak-agak berbau galau gitu.
Beberapa menit kemudian, setelah menutup telpon.
Dia kemudian bertanya kepada saya, kenapa tidak di sebelah (bilik yang
sebelumnya)?
lha dia kan lihat sendiri orangnya lagi nggak ada?
Saya jawab, “petugasnya lagi
keluar pak.”
Kenapa sih mesti bertanya dulu seperti itu dan tidak terima aja?
Saya kan pelanggan anda dan itu adalah tugas anda!
Telponan di depan pelanggan juga saya rasa tidak sopan.
Saat proses Registrasi, foto dan tes teori selesai, kembali saya
menerima arahan tidak jelas.
Saya hanya disuruh ke ruangan sebelah untuk bergabung bersama petugas
tes praktek.
Ternyata petugas tes praktek adalah bapak yang sebelumnya mengarahkan
saya ke dokter.
Saya takut dia mengingat “jasanya yang sebelumnya”.
Di ruangan itu ternyata ada orang yang penampakannya lebih berkuasa
dari si bapak.
Dia kemudian bertanya pada saya, apakah saya sudah pernah membuat SIM
sebelumnya?
Saya kemudian bepikir apakah ini murni pertanyaan ataukah ada maksud
lain?
Bila saya jawab “tidak”, apakah saya dianggap tidak tahu biaya
pengurusan SIM? Dan kemudian dia akan memainkan saya?
Bila saya jawab “ya” apakah akan ada urusan/proses tambahan lagi?
Si Bos kemudian dengan nada rendah dan gak jelas berucap “kita bantu
saja berapa-berapa mo”.
Karena kurang tegas, saya pura-pura bodoh dan tidak dengar.
Saya tidak memperdulikannya dan langsung pergi berniat ke lapangan
praktek.
Belum sempat melewati pintu ruangan tersebut, saya dipanggil lagi oleh
Si Bos dan ditegaskan kembali lagi tentang “bantuan” tersebut.
Ternyata pendengaran saya memang benar, dia meminta saya memberikan
“bantuan”.
Akhirnya yang dari awal saya mempersiapkan diri tidak mau kena pungutan
liar, akhirnya terpaksa ikut arus juga menodai proses pengurusan SIM ini.
Saya beri 100.000.
Saya dan yang lainnya telah siap di lapangan praktek, ternyata tidak
ada praktek dan hanya ada pencatatan nama.
Mungkin ini bantuan balik yang diberikan.
Sambil menunggu nama dipanggil, saya ngobrol-ngobrol dengan yang lain.
Dari situ saya mendengar ada dari mereka yang telah membayar lebih dari
saya.
Ada juga yang membayar sama dengan saya namun dia hanya mengurus 1 jenis
SIM.
Ada juga yang mengeluh karena dia ingin melakukan perpanjangan malah
harus melewati proses pembuatan baru dan juga dikenakan biaya pembuatan baru.
Saya tidak mengerti kenapa mereka menurut saja?
Singkat waktu SIM saya pun selesai dicetak dan telah diberikan.
Dari pengalaman hari ini, saya melihat kelemahan dari pelayanan yang
diberikan.
Tidak ada yang memandu untuk melakukan proses apa lagi yang harus kami
lakukan.
Kita tidak akan mendapatkan informasi bila tidak bertanya lebih dulu.
Kita mesti aktif mencari tahu
sendiri tahapan-tahapannya.
Saya lebih memilih untuk membaca tahapan pengurusan yang ditempel di loket
depan daripada bertanya pada petugas.
Karena kalau bertanya pada petugas, saya takut dimintai imbalan.
Setelah 4,5 tahun berkendara tanpa SIM, akhirnya pada hari ini saya
bisa mempunyai SIM lewat pengurusan tanpa calo dengan rincian sebagai berikut :
SIM C
|
=
|
100.000
|
SIM A
|
=
|
120.000
|
kesehatan
|
=
|
25.000
|
XXX????
|
=
|
100.000
|
Saya merasa lebih beruntung hari ini dibanding dengan yang lainnya
karena biaya ekstra yang saya keluarkan tidak sebesar mereka, mungkin ini
manfaatnya membaca/mencari tahu info lebih dulu sebelum mengurus.
Bagaimanapun juga saya telah terlibat dalam kecurangan sistem
pengurusan SIM ini.
Turut mengkhianati aturan yang telah dibuat.
Mungkin juga saya lagi sial hari ini karena mendapat pelayanan yang
seperti itu.
Semoga yang lain mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari yang saya
dapatkan.
Saya harap semoga pelayanan yang diberikan lebih baik lagi.
Petugas lebih aktif memberikan info tanpa ditanya lebih dulu.
Petugas lebih aktif membantu tanpa ditanya lebih dulu.
No comments:
Post a Comment