Showing posts with label Pengalaman Mengurus Sesuatu. Show all posts
Showing posts with label Pengalaman Mengurus Sesuatu. Show all posts

Sunday, January 12, 2020

Pengalaman Pindah Faskes BPJS Untuk Operasi Katarak

Ini cerita tentang pengalaman pindah Fasilitas Kesehatan (Faskes) BPJS untuk oprerasi katarak.

Jadi bapakku tuh sudah sekitar 2 tahun ini merasa pandangannya berkurang dan sudah pernah memeriksakan diri ke dokter dan ternyata itu disebabkan karena katarak.
Tapi katanya dia merasa pandangannya semakin parah 2 bulan ini, dia sudah tidak bisa bawa motor lagi, katanya seperti melihat di dalam air. Dia takut kalau bakal lebih parah dari ini kalau tidak segera ditangani.

Susah juga ya, walaupun anaknya 4 tapi berada di luar semua, jadi nggak menjamin banyak anak bakalan dibantu terus kalau sudah tua, pada akhirnya anak akan memliki kehidupan sendiri dan tidak menutup kemungkinan berada jauh dari orang tua.

Yang tersisa di Kendari hanya adikku, anak ke 4 dan sudah memiliki 2 orang anak, sibuk dengan klinik bekam dan tinggal cukup jauh dari rumah bapak. Sudah pasti bakalan tidak bisa sering-sering juga ngurusin bapak.

Walaupun sudah kami jelaskan di sini tentang cara penggunaan BPJS tapi bapak tetap saja tidak mau ke Faskes karena sudah berprasangka buruk duluan tentang pelayanan BPJS yang tidak menghargai pengguna BPJS.

Januari 2018 saat saya pulang ke Kendari, saya sudah mengubah faskes BPJS bapak dari Puskesmas yang jaraknya sekitar 15 km dari rumah bapak, menjadi di Klinik Kimia Farma yang jaraknya sekitar 2 km saja dari rumah, karena waktu itu bapak mengeluh tentang jarak Puskesmas yang sangat jauh dan pelayanannya yang buruk, akhirnya berdasarkan pengalamanku di Makassar yang puas dengan pelayanan Klinik Kimia Farma, maka saya megubah faskesnya secara online ke Klinik Kimia Farma juga, tapi ternyata dia tidak pernah ke sana mengecek matanya, apalagi sekarang sudah tidak bisa bawa motor, gak mungkin bisa ke sana.

Karena sudah semakin parah dan dijelaskan juga dia gak ngerti, maklum sudah tua,  maka dia ditemani oleh adikku datang ke Makassar pada 21 Desember, padahal saya sudah bilang, gak bisa langsung ke sini, takutnya tidak dilayani karena belum keadaan darurat, takutnya diminta rujukan dulu dari sana.

Saya tidak tahu apakah karena tidak mau atau tidak tahu sehingga datang langsung ke sini?
Saya jadi bingung mau ngapain, karena dulu juga pernah pengalaman menggunakan BPJS, kami langsung minta dirujuk di rumah sakit, dan ditolak oleh faskes karena katanya, kami masih bisa ditangani di faskes, jadi walaupun faskes keluarin surat rujukan, kami bakal dibalikin lagi ke faskes.

Tapi bapak bilang, dia gak masalah kalau lewat jalur umum saja, dia gak mau pakai BPJS di Kendari,
pelayanannya jelek, pasien gak dihargai katanya, padahal saya tahu, dia hanya dengar dari omongan orang dan gak pernah membuktikan sendiri, lha dia saja gak pernah ke faskes atau ke rumah sakit, atau mungkin dia pernah tapi caranya salah, langsung ke rumah sakit sehingga dilayani kurang baik.

Terlepas dari mana yang benar, ini masukan juga buat Petugas Medis, Faskes atau Rumah Sakit, jangan lagi menganggap pasien BPJS adalah pasien gratisan, karena mereka juga seumur hidupnya bayar iuran, lagian juga pada saat melayani mereka memang gratis tapi tetap saja dana BPJS itu nanti bakalan kalian terima dan jumlahnya tidaklah kecil, ya kan? Saya tahu ini karena pernah diceritakan oleh teman yang seorang dokter spesialis, kalau dana BPJS yang dia terima sekurang-kurangnya Rp.500 juta dalam setahun, dan itu cerita tahun 2010, gak tahu kalau sekarang?

Dengar bapak bilang begitu saya jadi emosi juga, yah, kalaupun bapak diperlakukan buruk ataupun emang malas ke sana karena omongan orang, apa bapak tidak kepikiran untuk memperjuangkan hak bapak yang sudah seumur hidup bayar iuran?
Selama ini bapak bayar iuran, tidak pernah sakit dan tidak pernah menggunakan BPJS, dan ketika bapak membutuhkan sekali saja pertolongan, bapak tidak memperjuangkan hak bapak? 😡

Yah, apalah daya, mungkin bapak gak ngerti cara menggunakan BPJS, mungkin karena sudah tua juga dan kami anak-anaknya berada jauh darinya.
Mau ikutin mau bapak lewat jalur umum kasihan juga, karena kelas rendahan saja biayanya mencapai 10 juta diluar lensa, belum kontrolnya, sedangkan bapak merupakan pasien BPJS kelas 1.

Setelah berpikir, akhirnya saya kepikiran untuk coba memindahkan faskesnya secara online ke Makassar, tapi yang jadi pemikiran saya adalah, kapan berlakunya? Apakah pas pergantian bulan ataukah satu bulan sejak tanggal dirubah?

Setelah baca-baca diinternet dan tanya langsung call center BPJS, ternyata jika kita merubah faskes maka mulai berlaku pada tanggal 1 bulan berikutnya, artinya walapun kau rubah di akhir bulan, misalnya tanggal 28, maka di tanggal 1 bulan berikutnya, faskes tersebut sudah bisa digunakan.

Rasanya beruntung banget, akhirnya tanggal 27 Desember saya merubah faskes bapak ke Makassar dan tinggal 5 hari lagi faskes tersebut sudah bisa melayani bapak dan memberi rujukan ke klinik spesialis mata. Karena memang sehari sebelum saya merubah faskesnya, kami mengantarnya ke klinik spesialis mata tersebut lewat jalur umum dan kata dokter, matanya harus segera ditangani sebelum 1 bulan karena kalau tidak bakal gak bisa lagi diobati alias buta permanen.

Rencanya Tuhan juga mereka datang di akhir bulan, jadinya mereka gak bosan tinggal lama di sini untuk menunggu faskesnya bisa digunakan.

Dan akhirnya tanggal 10 Januari bapak dioperasi, dan yang saya tidak sangka adalah operasi katarak tidak perlu dirawat inap, pasien bisa langsung pulang ke rumah, artinya opreasi katarak masih tergolong operasi ringan.

Mata kanan bapak yang dulunya sangat parah seperti melihat dalam air kini sudah membaik dan malahan kata bapak jadi lebih jelas dibanding mata kirinya. Dia bilang kalau begini, dia sudah berani lagi bawa motor sendiri. 😄

antri untuk kontrol pasca operasi
Saya bersyukur perubahan terjadi begitu cepat, bapak yang 3 minggu lalu datang ke sini dan susah melihat, yang menyebabkannya susah berjalan sendiri akhirnya sudah lebih baik. Saya ingat ketika kami karaoke, begitu susahnya dia membaca tulisan lagu yang dinyanyikannya.
Saya bahagia ketika beberapa hari yang lalu kembali melihatnya menonton tinju di tv, olahraga kesukaannya, yang mungkin sudah tidak bisa dinikmatinya beberapa tahun ini.

Kata bapak dia puas sama pelayanan di sini, di faskes dilayani dengan ramah walaupun tergolong pasien yang baru pindah, dan di klinik mata juga walaupun banyak orang dan antri lama tapi petugasnya tetap melayani dengan ramah, sehingga pasien merasa dihargai, saking euforianya dia selalu menelpon teman-teman dan ponakannya untuk memberikan testimoni bagusnya pelayanan di sini, Ah, saya pikir di Kendari juga seperti itu kali, cuma bapak aja yang ketakutan duluan sama cerita orang. 😄

kontrol pasca operasi
Alhamdulillah, Terima kasih ya Allah atas segala kelancaran urusan bapak di sini.
Jagalah selalu kedua orang tua kami dan berikan kami kesempatan untuk dapat membahagiakan mereka. 😇

Saturday, September 28, 2019

Ke Dokter Gigi Pakai BPJS Gratis Mantap!



Sudah 1 bulan ini gigiku patah, tapi baru sekarang punya kesempatan mau ke dokter.
Jadi hari ini rencananya kami mau ke apotek sekaligus klinik yang terdekat dari rumah.
Tentunya pakai BPJS ya guys biar gretong, haha.

Setelah sampai, kita langsung ke bagian registrasi untuk daftar dulu, dan Alhamdulillah ndak banyak orang jadi prosesnya bisa lebih cepat.

Jadi katanya kalau pakai BPJS itu bisa datang tiap hari, tapi setiap datang itu hanya dilakukan satu kali tindakan aja.

Saya sudah buktikan ya guys, kalau pakai BPJS itu tidak ribet dan semuanya gratis.
Tidak ribet itu tergantung kita milih fasilitas kesehatannya di mana, kalau saya lebih baik di klinik seperti Kimia Farma ini daripada di Puskesmas, soalnya di Puskesmas terlalu banyak orang dan pelayanannya masih kurang baik.

Jadi, jangan takut untuk menggunakan BPJS ya guys.
Jangan cuma dengar “katanya-katanya”, masa lu bayar BPJS seumur hidup lu tapi pas sakit lu gak mau pakai?

Oke deh, itu dia kegiatan kami hari ini.
Alhamdulillah. Terima kasih BPJS, terima kasih klinik kimia farma.

Monday, July 30, 2018

Mendadak Tukang Servis


Shit, kipas di rumah rusak ey oleh ulah orang yang tidak bertanggung jawab!
Untungnya saya emang ngoleksi peralatan tukang kelas pemula.

Si kipas itu patah engselnya, akhirnya saya benerin lagi malam ini dan Alhamdulillah bisa lagi digunakan.

Orang yang tidak ada basic sebagai tukang servis kipas angin pun akhirnya mendadak jadi tukang servis dengan berbekal alat pertukangan seadanya yang dikoleksinya.
Dan kampretnya, awalnya gue tidak sadar kalau sedang direkam saat memperbaiki kipas, haha...

Friday, August 11, 2017

Pengalaman Mengurus Berkas-Berkas Umroh

Ini merupakan pengalaman pertamaku mengurus berkas-berkas umroh dan membuat paspor yang ternyata saya banyak mendapat jalan berliku. Bukan Kantor Imigrasinya yang salah, tapi saya yang salah karena banyak kelengkapan yang kurang. Berikut ceritanya.

Rabu 21 Juni 2017

Tiba di Kantor Imigrasi jam 09.35, antrian telah ditutup, katanya pengambilan antrian hanya sampai jam 09.30 dan dibatasi hanya sampai 200 orang perhari. Saya mendapat penjelasan mengenai apa-apa saja yang mesti dibawa yaitu Kartu Keluarga, KTP, buku nikah dan Akta Lahir yang kesemuanya asli, bila akta lahir tidak ada maka bisa diganti dengan ijazah terakhir.

Kamis 22 Juni 2017

Tiba di Kantor Imigrasi jam 07.36, mendapat antrian nomor 114, antri sampai jam 08.50 untuk pemeriksaan berkas dan saya dinyatakan gagal berkas karena masih menggunakan KTP non elektronik dan alamat di KTP tidak sama dengan di Kartu Keluarga. Di KTP hanya memuat nama jalan dan tidak ada nomor rumah seperti yang tertera di dalam Kartu Keluarga. Saya dipersilahkan meminta KTP sementara di Kantor Kecamatan dan bila bisa kembali sebelum jam 10.00 maka saya boleh mengurus kembali tanpa antri lagi, yang mana itu adalah suatu kemustahilan yang nyata! It’s impossible!

Besok sudah libur lebaran selama satu minggu. Dengan tenggang waktu yang diberikan pihak travel yang terbayang adalah suatu kemustahilan dan pesimis yang tinggi, saya hampir mundur tapi kemudian saya tetap berjalan keluar dari Kantor Imigrasi dan melanjutkan pengurusan yang bisa saya lakukan hari ini.
Lalu saya kemudian mempersiapkan kelengkapan pengurusan KTP sementara di kecamatan, dan ternyata di sana membutuhkan bukti pelunasan PBB, alhasil saya harus meminjam bukti pelunasan PBB tetangga yang mana 4 tahun lalu saya pernah ngontrak tepat di samping rumahnya.

Semua kelengkapan sudah ada tapi karena sudah siang saya tidak melanjutkan pengurusan ke Kantor Kecamatan karena pasti semuanya sudah sibuk untuk mudik pulkam atau merayakan lebaran.

Jumat 07 Juli 2017

Tiba di Kantor Kecamatan jam 07.50 dan pelayanan baru buka jam 08.45, kemudian saya antri sampai jam 10.00 untuk foto, ternyata saya sudah pernah difoto di Kantor Catatan Sipil di Kendari pada Februari 2015 lalu. Saya disuruh datang lagi seminggu kemudian.

Antri foto KTP di Kantor Kecamatan (07.07.17)

Jumat 14 Juli 2017

KTP sementaraku sudah keluar, saya tiba di Kantor Kecamatan jam 14.30 dan antri sampai jam 16.00 untuk dapat barang tersebut. Alhamdulillah alamat di KTP dan KK sudah sesuai. Tapi satu minggu kedepan saya tidak bisa melakukan pengurusan paspor karena ada tugas luar kota.

Jumat 21 Juli 2017

Tiba di Kantor Imigrasi jam 08.05 antrian sudah habis dan dipersilahkan datang lagi besok untuk mengambil antrian untuk hari selasa karena antrian untuk hari senin telah ludes pada hari kemarin, tapi beruntungnya saya tidak langsung pulang dan masih stay di depan Kantor, pikiran saya waktu itu masih bertanya-tanya “sebenarnya jam berapa saya mesti tiba di  Kantor untuk dapat antrian?”. sekitar 10 menit kemudian ada Petugas Imigrasi yang datang menghampiri seorang suami istri yang sudah tua dan memberikan nomor antrian, beberapa orang langsung mengerumuni termasuk saya, dengan memperlihatkan KTP atau KTP sementara asli, kami bisa diberikan nomor antrian untuk hari selasa. Saya mendapat nomor antrian 161.

Selasa 25 Juli 2017

Tiba di Kantor Imigrasi jam 07.50 dan antri untuk pemeriksaan berkas sampai jam 09.20. Semua dokumen telah lengkap nama, alamat dan tanggal lahir yang sesuai tapi saya masih dinyatakan gagal berkas karena saya tidak membawa surat rekomendasi dari Kementerian Agama. Saya sebelumnya tidak pernah diinfokan oleh agen travel akan hal ini sehingga saya mengira surat rekomendasi dari travel saja sudah cukup. Seperti biasa saya dipersilahkan untuk mengurus kembali tanpa antri bila saya bisa kembali sebelum jam 10.00 yang mana lagi-lagi itu adalah suatu kemustahilan yang nyata! Minggu ini saya pastikan gagal mengurus karena besok saya akan keluar kota lagi dalam rangka tugas.

Selasa 01 Agustus 2017

Tiba di Kantor Kementerian Agama jam 10.00 dan surat rekomendasi dari Kemenag sudah bisa diambil pada siang hari jam 14.00. Saya pikir keramaian di Kemenag bakalan seperti di Imigrasi karena rata-rata yang mengurus paspor di Imigrasi adalah untuk umroh, ternyata di Kemenag kebanyakan masuk secara kolektif jadi kepadatan manusia bisa teratasi.
Yang harus disiapkan dalam mengurus surat rekomendasi Kemenag ini adalah fotocopy KTP/KTP sementara, dan Surat Rekomendasi dari Travel dan SK Izin Operasional Travel.

Rabu 02 Agustus 2017

Menerapkan strategi dengan menyuruh istri untuk mengambilkan nomor antrian sementara saya ke Kantor dulu untuk ngabsen dan minta izin. Istri tiba jam 07.10 dan beruntungnya dapat nomor antrian 105 untuk hari ini yang kebetulan diberikan oleh seorang teman yang sedang mengurus perpanjangan pasor. Nomor antrian tersebut diambil 2 hari lalu, tapi karena teman saya itu juga diberikan oleh kenalannya dengan nomor yang lebih rendah, maka nomor 105 tersebut diberikannya ke saya. Begitulah skenario Tuhan untuk memudahkanku dalam pengurusan hari ini. 

Saya tiba di Kantor Imigrasi jam 07.45 dan antri untuk pemeriksaan berkas sampai jam 10.00, kemudian antri foto sampai jam 13.30. kemudian saya diberikan lembaran untuk kemudian dibayar secara langsung di teller bank maupun lewat atm. Bila sudah dibayar, saya bisa datang untuk mengambil paspor pada hari selasa.

Jumat 04 Agustus 2017

Baru melakukan pembayaran di bank, saya melakukan pembayaran secara langsung karena takut kalau di ATM struk tidak keluar.

Selasa 08 Agustus 2017

Jam pengambilan paspor jam 10.00, saya tiba jam 10.30, katanya paspor saya belum jadi dan saya disuruh datang pada hari kamis, sayatenggat tidak bertanya juga kenapa, tapi itu mungkin karena saya baru membayar pada hari jumat dan memang saya lihat dicatatan bahwa pengambilan paspor adalah setelah tiga hari kerja setelah melakukan pembayaran.

Kelemahan dari pengambilan paspor ini adalah masih banyaknya juga yang antri karena paspor baru akan dicari berkasnya dan dicetak ketika orang menunjukkan bukti pembayarannya. Saya kira paspor akan dicetak semua dan ketika orang datang dan tidak dapat menunjukkan bukti pembayaran maka paspornya akan ditunda untuk diberikan, saya rasa kalau begitu caranya orang tidak akan lama menunggu untuk mengambil paspornya.

Kamis 10 Agustus 2017

Saya tidak berencana ke Kantor Imigrasi hari ini karena katanya akan ada acara, tapi karena saya kepikiran waktu yang banyak habis terus akhirnya saya ke Kantor Imigrasi juga.
Tiba di kantor imigrasi jam 14.00, saya tidak tahu kalau ternyata harus ambil antrian, tapi ketika saya tiba, orang-orang sudah tinggal beberapa saja jadi saya langsung ngasih tanda bayar aja. Paspor jadi jam 15.00.

Jumat 11 Agustus 2017

Saya tidak berencana ke Kantor Kesehatan untuk vaksin hari ini karena siang akan ada acara, tapi karena kembali kepikiran deadline penyetoran berkas umroh, akhirnya saya mencoba mencari tahu caranya.

Saya buka web dan melihat ada pendaftaran online, setelah daftar online dalam waktu 20 menit saya belum menerima email balasan, akhirnya saya langsung ke Kantornya yang ada di pelabuhan. Saya ke sana dengan perhitungan, bila tidak selesai sampai shalat jumat, maka saya akan pulang dan kembali mengurus di hari senin.
Ternyata setibanya di sana saya melihat pegawai Kantor Kesehatan itu hanya ada 5 orang, mana ada yang sempat buka email?
Beruntungnya yang antri tidak segila di Kantor Imigrasi, saya tiba jam 09.00 dan jam 10.15 suntik sudah dilakukan dan buku kuning sudah bisa diambil.

Untuk ke sana kita harus mempersiapkan foto copy paspor saja dan nanti akan disuruh isi formulir, setelah pemeriksaan tekanan darah, kemudian kita akan disuruh bayar langsung ke bank atau bisa juga gesek atm, dan beruntungnya di sana menyediakan gesek atm BRI langsung di Kantor Kesehatan itu sendiri, dan kebetulan atm yang saya punya adalah atm BRI, jadi saya nggak perlu repot-repot nyari atm di luar atau nyari bank lagi.

Demikian pengalaman saya dalam mengurus berkas-berkas umroh yang awalnya saya pesimis sekali ketika harus berurusan dengan Kantor Kecamatan karena ditolak pihak imigrasi, tapi akhirnya sekarang bisa selesai semuanya.
Waktu itu memang yang kepikiran di kepala saya adalah sabar dan tetap berusaha, saya hanya menyandarkan sepenuhnya hasil usaha saya kepada yang Di Atas. Bila dia berkenan mempersilahkan saya datang ke rumahNya, maka semuanya pasti bisa terselesaikan sesuai tenggang waktu yang diberikan pihak travel.

Paspor dan Buku Kuningku yang sudah jadi hari ini (11.08.17)

Pesan saya adalah persiapkan semua berkas anda dengan baik dan teliti sebelum mengurus paspor karena mengurus paspor adalah salah satu urusan yang tersulit, salah satu huruf aja berkas kita bisa ditolak! Pokoknya untuk urusan apapun itu deh, persiapkan semuanya dengan baik kalau perlu cari tahu lewat google apa-apa yang mesti disiapkan!

Monday, February 20, 2017

Melewati Gejala Tipes

Alhamdulillah seminggu yang berat telah terlewati, sekarang yang tersisa tinggal lemasnya, perlu banyak aktifitas fisik untuk membuat stamina pulih seperti sedia kala.

Di mulai dari Rabu petang 08.02.2017, saat itu istriku baru pulang dari renang bersama teman-temannya, sepulang di rumah, suhu tubuhnya tidak normal, tapi masih bisa beraktifitas seperti biasa, kami beranggapan mungkin itu panas-panas biasa, tinggal ditidurin pake selimut, pasti besok sembuh.

Keesokan harinya jam 10.00, akhirya saya harus izin pulang ke rumah karena ternyata panasnya malah makin menjadi.
Saya harus terlebih dahulu mengurus kartu BPJS nya yang hilang sekitar 2 tahun lalu.
Saya sangat berterima kasih kepada pelayanan BPJS, yang tetap melayani secara  bergantian saat jam istirahat siang, semoga Tuhan menjaga dan memberikan segala kebaikan bagi kalian yang telah melayani dengan tulus.

Setelah mengurus BPJS dan makan siang, kami langsung ke rumah sakit dan langsung ke UGD.
Setelah ditangani dan diberi penurun panas, kami berharap kondisinya membaik dan kami bisa langsung pulang, ternyata setelah efek obat hilang, panasnya masih ada dan akhirnya istriku harus di rawat inap, oh no! malah waktu itu saya gak punya uang, ya, walaupun saya make BPJS tapi saya takut mungkin ada butuh dana atau apa karena ini merupakan pengalaman pertama menggunakan BPJS untuk rawat inap.

"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? Kenapa harus sampai di rawat inap? malah saya sendiri di sini! bagaimana ini?", begitu ucapku dalam hati, tapi saya hanya diam mencoba tenang dan menguatkan diri untuk melewati semua ini, mau tidak mau, saya kelak akan jadi orang tua dan akan bertanggung jawab full pada keadaan-keadaan darurat seperti ini.

Saat petugas registrasi mengatakan kamar yang sesuai dengan golongan pangkatku full dan yang tersisa adalah kelas kamar yang setingkat di bawahnya, saya ndak peduli itu, yang penting, istriku bisa langsung ditangani lebih lanjut, saya juga sudah bersyukur karena tidak perlu lama antri untuk mendapatkan kamar atau malah tertolak karena full seperti yang sering saya dengar dari keluhan masyarakat selama ini.

Malam pertama ini, malam yang paling berat, istriku membaik saat diberi penurun panas, namun kembali panas saat efek obatnya hilang, malah sampai mual dan muntah, serta tidak bisa membuka mata karena saking tingginya demamnya yang mencapai 39.5 derajat.

Malam ini mendapat kunjungan dari ibu-ibu pengajian, saya sangat terharu karena saya tidak menyangka bakal dapat kunjungan dari mereka, saya bersukur istriku dapat perhatian seperti ini, padahal siapalah dia, hanya seorang istri dari pegawai rendahan macam saya ini.
Saya bersyukur karena itu artinya istriku selama ini menebar kebaikan yang berkesan di komunitasnya, 

kunjungan ibu-ibu pengajian (09.02.17)

Saya sangat bersyukur mendapat kunjungan dari ibu-ibu, serasa kami tidak sendiri di sini.
Di saat sakit seperti ini, kami yang jauh dari keluarga butuh sentuhan seorang ibu dan juga butuh kata-kata penyemangat dari seorang ibu, saya melihat istriku nampak lebih baik saat disentuh oleh mereka.
Terima kasih, saya tidak bisa membalas kebaikan kalian, saya hanya berdo'a semoga Tuhan membalas kalian dengan segala kebaikan yang lebih baik.

Kakiku sampai pegal karena kelelahan, rasanya pengen cepat diistirahatkan.
Saat sudah lelah, saya masih harus ke kantor untuk absen agar tak kena potongan dan juga ke mini market untuk membeli segala perlengkapan.

Sudah lelah tapi malam ini saya tidak bisa tidur tenang, walaupun ada satu ranjang yang belum terisi, jadi saya bisa tidur disitu, tapi tetap saya tidak bisa tenang karena saya harus bangun ketika ada suster jaga yang masuk, saya tidak enak memakai sesuatu yang bukan hak saya, selain itu juga saya sering terbangun karena dibangunkan untuk mengantar ke kamar mandi.
Jam 04.00 subuh, saya sudah tidak bisa tidur lagi, sejam kemudian saya kembali ke rumah untuk mengambil baju ganti dan segala perlengkapan lain, badan ku agak panas karena kurang tidur.


#Jumat 10.02.2017#

Di hari kedua ini, istriku sudah mulai membaik, tapi saya merasakan kondisi tubuhku yang jadi tidak normal.
Saat berjalan di terik matahari menuju mesjid untuk shalat jum'at, saya seperti tidak merasakan panas karena suhu tubuhku juga agak panas karena kurang tidur, rasanya seperti pengen pingsan di tengah jalan.

Kemarin, istriku juga terbantu dengan mendengarkan surat Al-Baqarah yang diputar melalui hp-nya.
Saat panasnya naik dan belum bisa diberikan obat penurun panas lagi, dia ikhtiar dengan mendengarkan ayat suci, dan luar biasanya, itu bisa membantu, panasnya jadi turun.

Saya jadi teringat lagi mengenai postingan beberapa waktu lalu mengenai rahasia orang Arab yang jarang sakit, bagaimana usaha-usaha pertama yang mereka lakukan untuk melawan penyakit yaitu dengan shalat sunnat dan memohon ampunan, minum air yang telah dibacakan ayat-ayat suci, sedekah dan kemudian barulah ke rumah sakit.
Saya juga pernah membaca suatu artikel yang mengatakan bahwa  molekul air jadi lebih baik bila diperdengarkan lantunan ayat suci.

Karena itu, jadilah saya ustadz dadakan, tanpa ilmu dan tajwid yang baik namun berbekal percaya dan harapan, akhirnya setiap saya mengisi air minum, saya selalu membacakannya dengan surat-surat ayat suci yang saya tahu, siapa lagi yang bisa diandalkan kan?
Ada sih sodara, tapi kayaknya, dia lebih bisa menyempatkan waktu kalau orang lain yang sakit dibanding sodara sendiri. Nawarin bantuan pun nggak, antarin baju kek atau keperluan lain! yah, mungkin sudah seperti itu pembawaannya atau mungkin lagi sibuk luar biasa, saya sih cuma bisa nerima aja.

Malam ini saya bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus khawatir dengan suster, karena saya membawa koran dan selimut untuk alas tidur di lantai, memang terbukti ya, sejelek-jeleknya barang asal milik sendiri itu lebih nyaman daripada menggunakan barang orang lain.
Keesokan paginya istriku lebih membaik lagi, tinggal menunggu hasil ronsen-nya saja.


#Sabtu 11.02.2017#

Saat ada teman mengunjungi, saya nyesal, kenapa saya mesti bilang bahwa saya senang tinggal di sini karena makan teratur, ruangan dibersihkan, minum dekat tersedia, jaringan lancar, listrik ac gratis.
Walaupun dalam hati saya bercanda, tapi ucapan kadang dikabulkan, akhirnya pada malam hari, saya terkena gejala demam dan flu.

Di saat tinggal berdua seperti ini dan lagi sakit, tidak ada yang bisa membantu selain diri sendiri, mau tidak mau saya harus melawan rasa lelah dan ketidaknyamanan untuk membeli obat di luar rumah sakit.
Saya selalu menyemangati diri dengan kalimat "ingat Rambo....ingat Rambo yang penuh luka-luka, tapi bisa bertahan sendiri di hutan!"

Malam ini merupakan malam paling menderita buatku, saya tidak merasakan kenyamanan seperti malam kemarin, malam ini saya merasa dinginnya lantai rumah sakit menembus alas tidurku dan menusuk ke belakangku, kalau diingat dinginnya bikin trauma, jadilah saya semakin parah dan tidak bisa tidur sampai pagi.

Pelajaran hari ini: "Berkatalah dengan perkataan-perkataan yang baik!"


#Minggu 12.02.2017#

Pada pagi hari kami sudah boleh pulang ke rumah, kata dokter, semua organ dalam istriku normal, mungkin demam ini karena kelelahan dan menyebabkan gejala tipes.

Saat mengurus registrasi untuk pulang dan mengambil obat yang diberikan, saya tidak dipungut biaya sepeserpun, saya sangat bersyukur untuk itu, karena saya memang beberapa hari ini nginap di rumah sakit, nggak bawa dana persiapan sama sekali.
Terima kasih untuk RS ABM yang telah memberikan pelayanan yang baik dan respon yang cepat saat dibutuhkan, semoga lelah kalian karena melayani kami dengan ramah dan tulus diganti dengan lebih baik oleh Tuhan.

Tiba di rumah, istriku masih sangat lemas, sedangkan saya baru mau sakit. Kami berdua hanya bisa tertidur.
Stok makanan tidak ada, gas habis, air minum juga habis, di tengah kondisi tubuh yang jelek, saya masih harus berjuang untuk ke mini market membeli air minum, sementara untuk makanan, kami mengandalkan jasa gojek.
Saya pengen teriak, kenapa semua terjadi di hari libur? karena di hari libur, langganan air kami tidak bisa mengantar pesanan seperti biasa.
Yah lagi-lagi "ingat Rambo, ingat Rambo!"  lagi dah!

Kami tidak bisa seperti ini terus, salah satu dari kami harus cepat kembali ke kondisi normal.
Malam hari saya terus memaksakan diri untuk tidak terlarut dalam sakit, walaupun istriku menyuruhku untuk ke rumah sakit terdekat karena panasku sudah mencapai 39.5 derajat seperti dia kemarin, saya tidak mau.
Yang saya malaskan adalah karena fisikku tidak mampu karena sudah begitu lelah beberapa hari terakhir ini, saya tidak bisa ke sana nyetir sendiri ataupun menjalani segala prosesnya.

Akhirnya saya menghangatkan diri dengan uap air, minum yang banyak, memaksakan makan dan minum obat penurun panas yang seharusnya dikonsumsi istriku serta tidak terus-terusan mengurung diri di kamar, karena kalau tidak salah ingat, saya pernah baca, kalau orang panas justru jangan dikurung, tapi biarkanlah dia membuka sedikit kerah bajunya dan mendinginkan badannya.
Saya juga ingin membuktikan pada istriku kalau saya tidak perlu dibawa di rumah sakit!


#Senin 13.02.2017#

Pada pagi hari saya masih lemas, jadi saya harus merelakan penghasilan dipotong karena pagi ini saya belum bisa nyetir untuk absen di kantor.
Siang hari saya sudah mulai membaik dan sorenya saya malah nemenin istriku dan adik sepupuku nonton di mall, jadi setelah pulang dari nonton saya bisa langsung ke kantor untuk absen malam agar penghasilan hari ini tidak mendapat potongan full.

Sebenarnya saya masih belum fit dan cepat lemas, saya takut kalau kondisiku masih sama atau malah memburuk esok harinya, namun karena istriku begitu narsisnya, ndak sabaran dan terlanjur ngaplot foto kami di medsos, akhirnya mau tidak mau, apapun yang terjadi besok, saya harus masuk kantor, saya malu, masa pergi ke mall bisa sedangkan masuk kantor nggak bisa?!

Saya juga sebenarnya jengkel dan juga khawatir dengan istriku, saya takut dia sakit lagi, dia seharusnya istirahat yang cukup karena baru sembuh kemarin, sekarang dia malah pergi nonton!


#Selasa 14.02.2017#

Pada pagi hari, saya rasa flunya jadi lebih parah dari kemarin, tapi setelah pulang kantor kondisiku membaik lagi, mungkin karena saya tidak terkena ac lagi.
Besok hari juga libur nasional karena pilkada serentak, artinya saya punya waktu untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan tubuh.

Today, bla bla bla, dan akhirnya hari ini setelah melewati minggu yang berat, masa sakit dan masa pemulihan, saya bisa beraktifitas kembali dengan normal.
Kondisi tubuh memang masih cepat lelah, itu karena selama sakit, olahraga terhenti, jadi saya butuh untuk lebih banyak lagi bergerak.

Terima kasih ya Tuhan karena telah menjaga kami, mengizinkan kami melewati ini semua dengan sabar, kuat dan tidak pernah berhenti berharap pada-Mu.
Selain itu terima kasih juga atas kunjungannya, perhatiannya ataupun do'a-nya, ibu-ibu pengajian, teman-teman dan para tetangga, itu semua menguatkan kami. Serasa kami punya keluarga di sini.
Semoga Tuhan memberi balasan yang terbaik.

Friday, September 25, 2015

Layanan Buruk Saat mengurus SIM #2


Kebetulan hari ini kerjaan lagi longgar jadi saya manfaatin untuk mengurus SIM.
Ini adalah kali kedua saya mencoba mengurus setelah sebelumnya pada tahun lalu harus berakhir dengan kegagalan karena saya masih belum memiliki KTP sini (Makassar).

Kalau pada tahun lalu saya masih melihat ada calo mondar-mandir dengan terang-terangan, pada hari ini hal tersebut tidak ada lagi. Berarti telah ada perubahan ke arah yang lebih baik, pikirku waktu itu.

Setelah mengisi formulir, ada seorang petugas mengajak saya untuk melakukan tes kesehatan dulu.
Dia mengarahkan saya ke tempat dokter berada.
Pikiran saya langsung tidak enak karena petugas yang aktif berinisiatif melayani seperti ini jarang terjadi kecuali kalau ada udang dibalik batunya.

Tes kesehatan telah saya lakukan dan biayanya 25.000.
Namun sebelum saya keluar dari tempat tes, si dokter berucap “kita kasi juga bapak yang tadi nah” dengan suara yang tidak terlalu jelas/tegas, jadi saya tidak menghiraukannya.
Si bapak polisi tadi juga sudah ke tempat lain,
masa saya harus nyari-nyari dia hanya untuk memberi 25.000?
Kayaknya si bapak itu menandai siapa-siapa saja yang menjadi customer-nya.

Karena tidak ada yang memandu, setelah itu saya langsung ke tempat orang banyak berkumpul.
Ternyata itu tempat tes teori.
Pada saat mau masuk ke tempat tes teori-pun tidak beraturan.
Tidak ada petugas yang menjelaskan dan menawarkan untuk masuk ke ruangan tersebut.
Kita tidak akan dapat tempat dan hanya dibiarkan berdiri di depan pintu kalau tidak berinisiatif sendiri mencari tempat.

Ada saat yang menjengkelkan, pada saat itu saya belum tahu kalau harus membayar dulu di loket bank yang ada di depan kemudian melakukan registrasi, baru bisa melakukan tes teori.
Karena saya langsung masuk ke tempat tes teori, ada petugas wanita yang menanyai saya.

Petugas
:
Sudah bayar?, mana tanda terimanya?
Saya
:
Bayar apa?
Petugas
:
Bayar dulu, nanti dikasi tanda terima, baru bisa tes.
Saya
:
(Saya mikir, ini bayar apaan ya?)


berapa?
Petugas
:
(dia diam sejenak kemudian bertanya)


dimana-kah kita kerja?
Saya
:
(diam kesal dan mikir, kenapa sih harus selalu ada pertanyaan seperti ini bila mengurus sesuatu? Apa hubungannya mengurus SIM dengan saya kerja dimana? Apakah kalau PNS, tukang kayu, tukang batu, pedagang, pengusaha pada lain biayanya?)
Petugas
:
(mungkin karena saya tidak merespon akhirnya dia bilang)


kasi-mi 350.000.
Saya
:
(masih mikir, ini bayaran apa ya? Karena sebelumnya di tempat pengambilan Formulir, saya hanya sempat membaca biaya pembuatan SIM C = 100.000 dan biaya SIM A = 120.000. Apakah ini biaya lain lagi / beda dengan biaya SIM?)
Petugas
:
(mungkin karena saya masih tetap diam dan dia lagi banyak urusan dgn yang lain, Akhirnya dia bilang)


kita ke depan saja, bayar dulu, baru ke sini lagi.
Saya
:
(baru mengerti, ooooh jadi maksudnya bayar biaya pembuatan SIM?, tapi kok dia meminta saya 350.000?)

Saya kesal karena ditanyai kerja di mana.
Apa hubungannya dengan mengurus SIM?
Lagian kenapa tidak langsung mengarahkan saya untuk membayar di loket depan?
Bila saya memberinya 350.000 dan kemudian dia menyetorkan ke loket, sisanya ke mana?
Kenapa tidak langsung memberi informasi yang benar?
Bayangkan bila hal tersebut terjadi pada orang yang benar-benar awam.

Setelah saya melakukan pembayaran di loket kemudian saya mengantri untuk proses registrasi data.
Saat di antrian, ada seorang anak wanita (mungkin dia masih pelajar) meminta uang pada ibunya untuk pembayaran lagi.
Saya mendengar obrolan mereka tentang pembayaran yang sudah mencapai 600.000.
Mereka memang mengurus 2 SIM, tapi kok biayanya sampai segitu?
Saya sangat menyayangkan kenapa mereka tidak mencari tahu info dari pengumuman yang ditempel di loket.
Kenapa mereka hanya menuruti saja pungutan-pungutan itu?

Setelah selesai shalat Jumat, saya ke proses selanjutnya, yaitu Foto.
Ada 3 bilik foto, ada yang terisi, ada yang kosong.
Yang saya heran, kenapa petugas tidak mempersilahkan kami masuk bila ada tempat yang kosong?

Saya sudah datang lebih dulu, tapi karena tidak dipanggil masuk, saya tidak masuk karena saya merasa tidak enak bila melangkahi kewenangan petugas.
Tiba-tiba ada orang yang baru datang dan langsung nyelonong duduk di bilik tersebut.
Di situlah saya mengerti bahwa tidak perlu menunggu dipersilahkan, tapi aktiflah mencari.

Setelah tempat tersebut kembali kosong, saya duduk disitu dengan harapan untuk difoto segera.
Si petugas meminta maaf untuk pergi sebentar.
Karena lama menunggu dan ada lagi bilik yang kosong, saya langsung ke bilik tersebut.
Sesampai di situ petugasnya malah asyik nelponan dan tidak menghiraukan saya.
Saya kira dia sedang telponan dengan seorang wanita karena ada bahasa yang agak-agak berbau galau gitu.

Beberapa menit kemudian, setelah menutup telpon.
Dia kemudian bertanya kepada saya, kenapa tidak di sebelah (bilik yang sebelumnya)?
lha dia kan lihat sendiri orangnya lagi nggak ada?
Saya jawab, “petugasnya lagi keluar pak.”
Kenapa sih mesti bertanya dulu seperti itu dan tidak terima aja?
Saya kan pelanggan anda dan itu adalah tugas anda!
Telponan di depan pelanggan juga saya rasa tidak sopan.

Saat proses Registrasi, foto dan tes teori selesai, kembali saya menerima arahan tidak jelas.
Saya hanya disuruh ke ruangan sebelah untuk bergabung bersama petugas tes praktek.
Ternyata petugas tes praktek adalah bapak yang sebelumnya mengarahkan saya ke dokter.
Saya takut dia mengingat “jasanya yang sebelumnya”.

Di ruangan itu ternyata ada orang yang penampakannya lebih berkuasa dari si bapak.
Dia kemudian bertanya pada saya, apakah saya sudah pernah membuat SIM sebelumnya?
Saya kemudian bepikir apakah ini murni pertanyaan ataukah ada maksud lain?
Bila saya jawab “tidak”, apakah saya dianggap tidak tahu biaya pengurusan SIM? Dan kemudian dia akan memainkan saya?
Bila saya jawab “ya” apakah akan ada urusan/proses tambahan lagi?

Si Bos kemudian dengan nada rendah dan gak jelas berucap “kita bantu saja berapa-berapa mo”.
Karena kurang tegas, saya pura-pura bodoh dan tidak dengar.
Saya tidak memperdulikannya dan langsung pergi berniat ke lapangan praktek.
Belum sempat melewati pintu ruangan tersebut, saya dipanggil lagi oleh Si Bos dan ditegaskan kembali lagi tentang “bantuan” tersebut.
Ternyata pendengaran saya memang benar, dia meminta saya memberikan “bantuan”.
Akhirnya yang dari awal saya mempersiapkan diri tidak mau kena pungutan liar, akhirnya terpaksa ikut arus juga menodai proses pengurusan SIM ini.
Saya beri 100.000.

Saya dan yang lainnya telah siap di lapangan praktek, ternyata tidak ada praktek dan hanya ada pencatatan nama.
Mungkin ini bantuan balik yang diberikan.

Sambil menunggu nama dipanggil, saya ngobrol-ngobrol dengan yang lain.
Dari situ saya mendengar ada dari mereka yang telah membayar lebih dari saya.
Ada juga yang membayar sama dengan saya namun dia hanya mengurus 1 jenis SIM.
Ada juga yang mengeluh karena dia ingin melakukan perpanjangan malah harus melewati proses pembuatan baru dan juga dikenakan biaya pembuatan baru.
Saya tidak mengerti kenapa mereka menurut saja?

Singkat waktu SIM saya pun selesai dicetak dan telah diberikan.

Dari pengalaman hari ini, saya melihat kelemahan dari pelayanan yang diberikan.
Tidak ada yang memandu untuk melakukan proses apa lagi yang harus kami lakukan.
Kita tidak akan mendapatkan informasi bila tidak bertanya lebih dulu.
Kita mesti aktif  mencari tahu sendiri tahapan-tahapannya.

Saya lebih memilih untuk membaca tahapan pengurusan yang ditempel di loket depan daripada bertanya pada petugas.
Karena kalau bertanya pada petugas, saya takut dimintai imbalan.

Setelah 4,5 tahun berkendara tanpa SIM, akhirnya pada hari ini saya bisa mempunyai SIM lewat pengurusan tanpa calo dengan rincian sebagai berikut :
SIM C
=
100.000
SIM A
=
120.000
kesehatan
=
25.000
XXX????
=
100.000

Saya merasa lebih beruntung hari ini dibanding dengan yang lainnya karena biaya ekstra yang saya keluarkan tidak sebesar mereka, mungkin ini manfaatnya membaca/mencari tahu info lebih dulu sebelum mengurus. 

Bagaimanapun juga saya telah terlibat dalam kecurangan sistem pengurusan SIM ini.
Turut mengkhianati aturan yang telah dibuat.

Mungkin juga saya lagi sial hari ini karena mendapat pelayanan yang seperti itu.
Semoga yang lain mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari yang saya dapatkan.
Saya harap semoga pelayanan yang diberikan lebih baik lagi.
Petugas lebih aktif memberikan info tanpa ditanya lebih dulu.
Petugas lebih aktif membantu tanpa ditanya lebih dulu.