Bersamaan dengan perayaan hari kemerdekaan ke-72 RI akhirnya film pendek yang kami buat tayang juga.
Film ini memang kami buat untuk menyambut hari kemerdekaan.
Awal mula pembuatan film ini adalah karena para tim kreatif dari pusat yang ada di Jakarta sono sedang kosong atau kebanyakan lagi cuti, dan kalaupun ada yang tinggal, mereka pun nggak ada ide, karena itu dilelanglah pembuatan film ini kepada tim-tim yang lain yang ada di seluruh Indonesia, kebetulan yang bersedia menyanggupi adalah tim kami.
Senin sore 14 Agustus, dibuatlah ide skenario mendadak karena direncanakan film ini akan tayang tepat pada hari kemerdekaan nanti, di saat itu saya masih belum tahu apa-apa alias ndak diajak berdiskusi.
Selasa sore menjelang jam 17.00 ada seorang teman mencari saya dan mengajak untuk terlibat dalam pembuatan film ini, dijelaskanlah secara singkat skenarionya, intinya yang saya dapat adalah bahwa film ini berkisah tentang seorang anak yang bercerita tentang ayahnya, jadi saya pikir sang anaklah pemeran utamanya!
Hari itu kami berdiskusi tentang apa-apa saja yang mesti dipersiapkan untuk syuting pada esok hari. Apapun yang terjadi, film itu harus selesai besok, baik take maupun editingnya!
Rabu pagi jam 09.30 kami mulai syuting dan baru selesai pada jam 15.30, yaah cukup singkat juga karena dikurangi dengan istirahat makan siang dan nyetir-nyetirnya di jalan, tapi kalau dipikir bahwa kami sedang mengejar pembuatan film untuk durasi 1 menit, akhirnya kebayang deh, gimana rasanya para artis yang syuting untuk pembuatan sinetron durasi 1 jam, pantas saja di berita kita selalu mendengar kalau mereka selalu syuting dari pagi sampai pagi lagi.
Banyak cerita di lapangan, ada beberapa skenario yang terpaksa dirubah karena keterbatasan properti dan waktu, contohnya mengantar ke sekolah awalnya kami rencanakan naik sepeda ontel, namun harus diubah dengan berjalan kaki karena kami tidak mendapatkan tempat penyewaan sepeda ontel. Hasil editingnya sempurna seperti yang kami harap, tapi kalau lihat behind the scene-nya saya kok melihatnya kayak nggak seperti ayah dan anak melainkan seperti orang yang lagi pacaran, hahaha.
Rencana syuting di sekolah juga dibatalkan, cukup mengantar di jalan saja karena syuting di depan sekolah pada jam pelajaran pasti penampakan sekolah juga lagi sepi.
Kopi yang disajikan adalah kopi yang kami dapat di rumah teman yang kami pakai sebagai lokasi syuting dan sudah expired sejak Januari 2017, maklum, rumah yang kami pakai syuting ditempati pria-pria lajang, jadi barang-barang nggak kepakai kadang lupa untuk dibereskan. Dan untuk mendapat feelnya saya harus memasukkannya sedikit di mulut tidak hanya pura-pura sampai di mulut aja. Jaket yang saya pakai juga adalah jaket yang kami jarah dari lemari di rumah itu.
Sampai ada insiden teman ketabrak motor lah, yang membuat saya melongo, untung saja kepalanya tidak kebentur di aspal dan bisa segera bangkit lagi walaupun pada akhirnya badannya ngilu ngilu dan luka lecet di tangannya. Kejadian itu selalu membekas di kepalaku sampai di rumah, soalnya saya lihat bagaimana proses ketabraknya, badannya yang berputar dan terseret sekitar 1 meter, kebayang ketabrak motor dengan kecepatan kira kira 30 km/jam aja sudah terseret 1 meter, pantas saja di berita-berita kita selalu mendengar ada yang ketabrak mobil dan terlempar puluhan meter!
Saat film ini tayang pagi ini, saya baru tahu kalau ternyata sayalah pemeran utamanya, ahh tiada kata yang bisa saya ucapkan pada kalian teman-teman, selain rasa terima kasihku atas kepercayaan kalian mengajak saya terlibat dalam film ini. Kalian luar biasa team, ditengah keterbatasan properti dan waktu kalian bisa menghasilkan karya yang bagus!!!
Selamat Ulang Tahun Indonesiaku, semoga rakyatnya makin sejahtera!
No comments:
Post a Comment