Wednesday, May 21, 2014

Istri seharusnya menjadi teman terbaik

Ini dimana seorang Ahmad Syawal Kurniawan menceritakan tentang pendapatnya mengenai siapa sebenarnya teman terbaiknya.

Menurutku, blog-ku ini adalah tempat muntahan ceritaku.
Beda pada saat aku masih hidup di kota kecil dulu, pada waktu bujang dulu, aku memiliki banyak teman cerita, teman-teman yang juga pada saat itu masih pada bujang. Kami berpetualang bersama dan saling berbagi.
Sekarang semua telah berbeda, kami hidup berjauhan, ditambah sudah pada nikah dan mempunyai kesibukan pada rumah tangganya masing-masing, teman ceritaku yaa istriku. Blog? Adalah tempat menuangkannya.

Yaa orang yang paling dekat denganku adalah istriku, She knows everything about me bahkan mengalahkan orang tua dan saudara sendiri.
Itulah hebatnya istri, makanya aku heran pada istri koruptor yang katanya tidak tau darimana asal uang suaminya, karena katanya suaminya selalu pulang malam jadi langsung tidur tanpa banyak ngobrol karena takut mengganggu suaminya. Jadi deh gak tau apa-apa mengenai uangnya asalnya dari mana.
Aku prihatin jika memang benar seperti itu. Kasihan sekali wanitanya. Berarti kerjanya tinggal ngangkang trus dapat duit? Apa bedanya dengan pelacur kalau begitu?

Bagiku berumah tangga itu adalah saling berbagi. Ngapain kita berteman baik di luar tapi tidak berteman baik sama istri?
Bagiku rumah itu harus jadi tempat ternyaman. Dan itulah yang terjadi pada diriku. Rumah kontrakanku adalah tempat yang paling nyaman mengalahkan hotel manapun walaupun dengan berbagai keterbatasannya.
Istriku adalah teman terbaikku, orang yang paling tau aku setelah diriku sendiri tentunya.
Kami berbagi apa saja.

Istri mengalahkan orang tua, saudara dan teman-teman best forever sebelumnya?
Dia lebih tau segalanya, Ya, aku berani bilang begitu.
Berhubung kami tidak satu rumah dengan orang tua kami, bahkan berada jauh beda provinsi dengan mereka, tentu saja istri lebih tau semuanya karena bersamanyalah aku menjalani kehidupan ini. Melewati susah dan senang bersama.
Lagian Aku juga tidak pernah menceritakan kesusahan apa yang kami alami karena aku tidak mau membebani orang tuaku. Ini memang sudah sifat alamiku, tidak mau tergantung dengan siapa-siapa. Yang aku mau bagi adalah senang-senangnya saja.

Orang tua tidak pernah tau di setiap satu minggu terakhir selama hampir setengah tahun kami sampai eneg hanya makan nasi dengan lauk telur goreng.
Orang tua tidak pernah tau selama dua bulan kami harus lari dari tukang tagih listrik karena kami tidak punya uang untuk membayarnya.
Orang tua tidak pernah tau kalau suatu hari aku harus bertugas ke luar kota selama 3 hari dengan hanya bekal uang 100 ribu ditangan dan meninggalkan istriku dengan bekal uang 76 ribu rupiah.
Orang tua tidak pernah tau kalau kami pernah sakit bareng selama dua hari dan tidak ada  yang melihat atau membantu kami selain diri kami sendiri yang saling membantu satu sama lain.
Orang tua tidak pernah tau pasti alasan mengapa lebaran tahun kemarin kami gak pulang karena kami hanya beralasan pengen menemani adik yang lebaran sendirian di sini.
Dan masih banyak pengalaman-pengalaman lainnya.


Semua itu pahit?
Ya semua itu pahit dan menyakitkan. Entah sudah berapakali istriku menangis karena selalu berhadapan dengan situasi sulit seperti itu.
Tugasku adalah membesarkan hatinya, mengajarkan sabar, selalu bersyukur dan juga mengatakan bahwa semua ini pasti akan terlewati. Tuhan masih sayang sama kita karena sampai hari ini kita masih bisa bernafas, bisa makan dan bisa mengontrak rumah. Kita lebih beruntung daripada orang-orang yang hidup di jalan. Dan memang masih banyak yang lebih kurang beruntung dibandingkan kita.

Dan jika semua tantangan itu terlewati, rasa syukur itu begitu besar.
Tantangan-tantangan itu membuat kami semakin kuat dalam menghadapi tantangan yang datang di kemudian hari.
Toh, kami sudah pernah melewati hal yang lebih sulit dari ini. Begitu selalu kata kami.

Sehingga aku juga berpendapat, masa pacaran adalah masa yang sebagian besarnya adalah kepalsuan.
Sebagian besar yang dialami adalah hal yang menyenangkan.
Apa yang ditunjukkan sebagian besar adalah segala yang baik.
It’s not real! Tantangan yang sebenarnya adalah pada saat menikah. Bagaimana menyatukan dua pikiran dan pendapat yang berbeda dalam menghadapi masalah.

Mungkin ada yang tertawa membaca tulisan ini.
Mereka adalah orang-orang yang lebih berpengalaman tentunya dibanding diriku yang baru mengarungi bahtera rumah tangga selama 2,5 tahun.
Orang-orang yang telah lebih banyak merasakan  tantangan dalam kehidupan berumah tangganya.
Aku salut sama mereka yang bisa bertahan lama dan melaluinya bersama-sama.
Rumah tangga adalah tempat belajar terus-menerus untuk menjadi dewasa.

Back to orang tua, saudara dan teman-teman best forever seperti kebanyakan para pemuda mengistilahkannya.
Bukan maksudku mengesampingkan orang tua dan best friend.
Bagaimanapun, mereka juga berperan besar dalam kehidupanku.
Aku menyayangi mereka.
Mereka orang-orang yang harus dihormati, selalu ada di hatiku dan tidak pernah tertinggal di setiap doa’ku.

Aku tidak berbicara siapa yang paling ku sayangi di sini.
Tentu saja yang harus paling kita sayangi itu adalah ibu. Itu ada dalam Al-Qur’an.
Tapi aku berbicara siapa yang paling mengenalku saat ini.
Dan orang itu tentulah istriku.

No comments:

Post a Comment