Ini dimana seorang Ahmad Syawal Kurniawan
menceritakan tentang pendapatnya mengenai siapa sebenarnya teman terbaiknya.
Menurutku, blog-ku ini adalah tempat muntahan
ceritaku.
Beda pada saat aku masih hidup di kota
kecil dulu, pada waktu bujang dulu, aku memiliki banyak teman cerita,
teman-teman yang juga pada saat itu masih pada bujang. Kami berpetualang
bersama dan saling berbagi.
Sekarang semua telah berbeda, kami hidup
berjauhan, ditambah sudah pada nikah dan mempunyai kesibukan pada rumah
tangganya masing-masing, teman ceritaku yaa istriku. Blog? Adalah tempat
menuangkannya.
Yaa orang yang paling dekat denganku
adalah istriku, She knows everything about me bahkan mengalahkan orang tua dan
saudara sendiri.
Itulah hebatnya istri, makanya aku heran
pada istri koruptor yang katanya tidak tau darimana asal uang suaminya, karena
katanya suaminya selalu pulang malam jadi langsung tidur tanpa banyak ngobrol
karena takut mengganggu suaminya. Jadi deh gak tau apa-apa mengenai uangnya
asalnya dari mana.
Aku prihatin jika memang benar seperti
itu. Kasihan sekali wanitanya. Berarti kerjanya tinggal ngangkang trus dapat
duit? Apa bedanya dengan pelacur kalau begitu?
Bagiku berumah tangga itu adalah saling
berbagi. Ngapain kita berteman baik di luar tapi tidak berteman baik sama
istri?
Bagiku rumah itu harus jadi tempat
ternyaman. Dan itulah yang terjadi pada diriku. Rumah kontrakanku adalah tempat
yang paling nyaman mengalahkan hotel manapun walaupun dengan berbagai
keterbatasannya.
Istriku adalah teman terbaikku, orang
yang paling tau aku setelah diriku sendiri tentunya.
Kami berbagi apa saja.
Istri mengalahkan orang tua, saudara dan
teman-teman best forever sebelumnya?
Dia lebih tau segalanya, Ya, aku berani
bilang begitu.
Berhubung kami tidak satu rumah dengan
orang tua kami, bahkan berada jauh beda provinsi dengan mereka, tentu saja
istri lebih tau semuanya karena bersamanyalah aku menjalani kehidupan ini.
Melewati susah dan senang bersama.
Lagian Aku juga tidak pernah menceritakan
kesusahan apa yang kami alami karena aku tidak mau membebani orang tuaku. Ini
memang sudah sifat alamiku, tidak mau tergantung dengan siapa-siapa. Yang aku
mau bagi adalah senang-senangnya saja.
Orang tua tidak pernah tau di setiap satu
minggu terakhir selama hampir setengah tahun kami sampai eneg hanya makan nasi
dengan lauk telur goreng.
Orang tua tidak pernah tau selama dua
bulan kami harus lari dari tukang tagih listrik karena kami tidak punya uang
untuk membayarnya.
Orang tua tidak pernah tau kalau suatu
hari aku harus bertugas ke luar kota selama 3 hari dengan hanya bekal uang 100
ribu ditangan dan meninggalkan istriku dengan bekal uang 76 ribu rupiah.
Orang tua tidak pernah tau kalau kami
pernah sakit bareng selama dua hari dan tidak ada yang melihat atau membantu kami selain diri
kami sendiri yang saling membantu satu sama lain.
Orang tua tidak pernah tau pasti alasan
mengapa lebaran tahun kemarin kami gak pulang karena kami hanya beralasan
pengen menemani adik yang lebaran sendirian di sini.
Dan masih banyak pengalaman-pengalaman
lainnya.
Semua itu pahit?
Ya semua itu pahit dan menyakitkan. Entah
sudah berapakali istriku menangis karena selalu berhadapan dengan situasi sulit
seperti itu.
Tugasku adalah membesarkan hatinya,
mengajarkan sabar, selalu bersyukur dan juga mengatakan bahwa semua ini pasti
akan terlewati. Tuhan masih sayang sama kita karena sampai hari ini kita masih
bisa bernafas, bisa makan dan bisa mengontrak rumah. Kita lebih beruntung
daripada orang-orang yang hidup di jalan. Dan memang masih banyak yang lebih
kurang beruntung dibandingkan kita.
Dan jika semua tantangan itu terlewati,
rasa syukur itu begitu besar.
Tantangan-tantangan itu membuat kami semakin
kuat dalam menghadapi tantangan yang datang di kemudian hari.
Toh, kami sudah pernah melewati hal yang
lebih sulit dari ini. Begitu selalu kata kami.
Sehingga aku juga berpendapat, masa
pacaran adalah masa yang sebagian besarnya adalah kepalsuan.
Sebagian besar yang dialami adalah hal
yang menyenangkan.
Apa yang ditunjukkan sebagian besar
adalah segala yang baik.
It’s not real! Tantangan yang sebenarnya
adalah pada saat menikah. Bagaimana menyatukan dua pikiran dan pendapat yang
berbeda dalam menghadapi masalah.
Mungkin ada yang tertawa membaca tulisan
ini.
Mereka adalah orang-orang yang lebih
berpengalaman tentunya dibanding diriku yang baru mengarungi bahtera rumah
tangga selama 2,5 tahun.
Orang-orang yang telah lebih banyak
merasakan tantangan dalam kehidupan
berumah tangganya.
Aku salut sama mereka yang bisa bertahan
lama dan melaluinya bersama-sama.
Rumah tangga adalah tempat belajar
terus-menerus untuk menjadi dewasa.
Back to orang tua, saudara dan
teman-teman best forever seperti kebanyakan para pemuda mengistilahkannya.
Bukan maksudku mengesampingkan orang tua
dan best friend.
Bagaimanapun, mereka juga berperan besar
dalam kehidupanku.
Aku menyayangi mereka.
Mereka orang-orang yang harus dihormati, selalu
ada di hatiku dan tidak pernah tertinggal di setiap doa’ku.
Aku tidak berbicara siapa yang paling ku
sayangi di sini.
Tentu saja yang harus paling kita sayangi
itu adalah ibu. Itu ada dalam Al-Qur’an.
Tapi aku berbicara siapa yang paling
mengenalku saat ini.
Dan orang itu tentulah istriku.
No comments:
Post a Comment