Friday, July 11, 2014

Layanan Buruk Saat Mengurus SIM #1

SIM C saya sudah mati selama 3 tahun.
SIM A saya baru mati bulan lalu.
Karena bosan ketakutan nanti ditilang polisi akhirnya pada hari ini saya berniat membuat SIM C dan memperpanjang SIM A saya.

Singkat cerita saya tiba dan parkir di Kantor Polisi.
Di situ ada pos penjagaan yang bertuliskan “Tamu wajib lapor!” dan ada seorang petugas berumur sekitar 45-50-an yang menjaganya.
Percakapan kami berlangsung seperti ini:

Petugas
:
Ada urusan apa pak?
Saya
:
Mau ngurus SIM pak. Cuma perpanjangan SIM A aja
Petugas
:
Siapa yang pegang (urus) di dalam?
Saya
:
Gak ada Pak


(dalam hati saya bilang, biarlah Tuhan jadi pemegang saya Pak.. he he he)
Petugas
:
Kerja di mana?
Saya
:
XXX (menyebutkan tempat kerja)


(saya kesal karena kembali mendapati pertanyaan klasik seperti ini)
Petugas
:
Ada KTP (kota sini) ?
Saya
:
Gak ada Pak, Cuma KTP kota tempat tinggal saya sebelumnya (kota lain)
Petugas
:
Ada Surat Keterangan Domisili?
Saya
:
Gak ada Pak
Petugas
:
(Sedikit tersenyum)


Aahh ini dia susahnya, kalau kami bantu, kami salah, kalau kami gak bantu takutnya mengecewakan.
Saya
:
(Hanya diam)
Petugas
:
Jadi gimana Pak?
Saya
:
Gimana apa Pak?
Petugas
:
(Hanya diam)
Saya
:
Biarlah saya masuk dulu ke dalam Pak, tanyain sendiri, kalau nggak bisa, ya udah saya pulang aja.
Petugas
:
Kalau gak bisa, kembali ke sini ya, biar saya bantu.


Kejanggalan-kejanggalan dari percakapan di atas:
·         Ngapain saya ditanya “siapa yang megang (uruskan) di dalam?
Ngapain setiap orang mesti ada yang pegang baru bisa terlayani?
Bukankah di dalam itu sudah ada tempat pelayanan?
Bukan hanya saya yang ditanyain seperti ini, tapi orang yang datang kemudian juga ditanyain seperti itu.
Orang tersebut dengan cueknya mengatakan, “gak ada yang pegang pak, biar saya urus sendiri saja”.
·         Ngapain saya ditanya “kerja dimana” ?
Orang cuma mau ngurus SIM kok ditanya pekerjaan? Apakah perlu sedetail itu anda tau dimana saya bekerja? Lha di SIM juga paling di baris pekerjaan tertulis PNS atau Wiraswasta doank,
atau jangan-jangan mau menentukan besar kecilnya tarif tergantung pekerjaan seseorang?


Sikap Saya:
·         Dari awal saya memang ingin jalan yang lurus-lurus saja.
Saya pengen mengurus sendiri karena katanya pelayanan di Kantor Polisi sekarang sudah bagus dan tarifnya sudah jelas.
·         Saya juga dari awal nothing to lose, kalau bisa tanpa KTP sini Alhamdulillah, kalau gak bisa yaa gak apa-apa juga, dan saya siap mengurus segala kekurangannya.
Kenapa? Karena saya pengen membuktikan bahwa gak ada lagi pungli-pungli apapun di Kepolisian. Saya ingin Kepolisian menjadi Institusi yang modern.


Saya pun akhirnya pergi ke tempat pelayanan SIM.

Tibalah saya di tempat pelayanan, di sana ada tulisan dengan besar terpampang “Hindari pengurusan lewat Calo”.
karena banyak ruangan akhirnya saya berhenti sejenak sambil membaca-baca nama ruangan untuk mencari tempat pelayanan SIM.
Mungkin dikiranya saya bingung, ada pemuda berkemeja bertanya kepadaku.

Si Pemuda
:
Mau urus apa Pak?
Saya
:
(Hanya diam dan tidak peduli)
Si Pemuda
:
SIM? Mari ikut saya Pak
Saya
:
(Hanya diam dan tidak peduli)

Karena saya gak jawab-jawab, si pemuda tersebut mungkin merasa saya meragukan dia sebagai petugas asli pelayanan.
Dia kemudian masuk ke ruang administrasi pelayanan (loket) dan mengambil formulir.
Dia mungkin pengen menunjukkan kalau dia “orang dalam” karena bisa seenaknya keluar masuk loket.

Tapi saya kan juga orang kerja dan pernah berada di bagian pelayanan juga, dan dari gerak-geriknya saya tau ini orang pasti gak resmi/calo.
Saya gak peduli padanya, saya akhirnya langsung bertanya ke loket, di sana ada Ibu Polwan yang jaga.
Si Ibu Polwan menjelaskan dengan baik bahwa pengurusan SIM memang tidak bisa bila memakai KTP kota lain.
Walaupun ditolak, saya tetap senang karena Si Ibu Polwan menjelaskan dengan ramah dan bisa ku terima.

Kejanggalan di Tempat Pelayanan:
·       Sudah jelas ada tulisan “hindari pengurusan lewat calo”, tapi kenapa di tempat pelayanan tersebut ada calo bebas berkeliaran? Apakah petugas di sana benar-benar tidak tahu?
·         Si calo ini bebas keluar masuk mengambil formulir,
Kantor Polisi mengatakan hindari calo tapi tahu ada calo di sana, berarti di sini Kantor Polisi sengaja melakukan pembiaran.
·      Jika terjadi pembiaran seperti ini, kasihan orang yang tidak berpengalaman dan tidak tau apa-apa, nanti dikiranya si calo ini memang petugas asli.
Yang tadinya biaya mengurus SIM hanya sekian, bisa naik jadi sekian.
·    Seharusnya bukan calo yang membantu orang yang bingung, tapi petugaslah yang mesti berjaga dan berinisiatif mengarahkan orang yang bingung ke tempat pelayanan.


Saya pun akhirnya ke tempat parkiran untuk mengambil motor dan pulang, tapi Si Bapak penjaga Pos memanggil dan bertanya.

Petugas
:
Gimana Pak?
Saya
:
Tidak bisa Pak
Petugas
:
Sudah saya bilang kan? Ke sini-mi Pak
Saya
:
Tidak Pak, saya pulang saja Pak

Saya mengambil motor dan pergi dari sana.

Begitulah kisah pengalamanku mengurus SIM pagi ini.
Masih banyak kekurangan, terutama mental melayani, karena Polisi adalah Pegawai Negeri, dan tugas Pegawai Negeri adalah melayani dengan baik.

Saya selalu berharap, instansi-instansi di negeriku ini bisa menjadi lebih baik dalam melayani masyarakat.
Karena Pegawai bukan Bos masyarakat, tapi Pelayan masyarakat!

No comments:

Post a Comment