Untung bus nya bagus jadi saya hanya butuh 1 jam untuk istrahat sejenak dan bisa beraktifitas lagi.
Untuk berkeliling Toraja, saya menyewa motor yang ada di samping Wisma Maria 1.
Harga sewanya 80 ribu untuk 6 jam. Untuk hari ini, pemakaian 6 jam cukuplah untuk kami karena kami start pada saat siang.
Motor tersebut juga saya booking untuk esok hari dengan sewa 100 ribu untuk 10 jam pemakaian karena besok kami akan berjalan mulai pagi hari.
Untuk berkeliling Toraja, saya menyewa motor yang ada di samping Wisma Maria 1.
Harga sewanya 80 ribu untuk 6 jam. Untuk hari ini, pemakaian 6 jam cukuplah untuk kami karena kami start pada saat siang.
Motor tersebut juga saya booking untuk esok hari dengan sewa 100 ribu untuk 10 jam pemakaian karena besok kami akan berjalan mulai pagi hari.
Saya terpikir penghasilan si yang punya rental.
Mukanya ndeso tapi hebat bahasa Inggris.
Dia punya 10 motor dan semua terpakai.
Bila semuanya laku, dan dalam 1 hari itu disewa 2 kali (pagi – sore dan sore – malam), maka dia bisa dapat 10 x 80.000 x 2 = Rp. 1.600.000
Kali sebulan maka Rp 48 Juta,-
Tentu saja bila motor tersebut tersewa semua selama 30 hari.
It’s amazing dan sangat simple, kamu cukup punya sebuah motor untuk memulai bisnis ini!
Mukanya ndeso tapi hebat bahasa Inggris.
Dia punya 10 motor dan semua terpakai.
Bila semuanya laku, dan dalam 1 hari itu disewa 2 kali (pagi – sore dan sore – malam), maka dia bisa dapat 10 x 80.000 x 2 = Rp. 1.600.000
Kali sebulan maka Rp 48 Juta,-
Tentu saja bila motor tersebut tersewa semua selama 30 hari.
It’s amazing dan sangat simple, kamu cukup punya sebuah motor untuk memulai bisnis ini!
Hari pertama ini saya mendatangi Kete Kesu.
Jika kalian pernah melihat foto ikonik rumah Toraja yang berderet-deret yang sering nongol di TV atau di majalah, maka itu diambilnya di Kete Kesu.
Tak di sangka, antrian ke sana cukup panjang, saya sampai mikir “ini habis lebaran lho? Bukan Lovely Desember?!”.
Jika kalian pernah melihat foto ikonik rumah Toraja yang berderet-deret yang sering nongol di TV atau di majalah, maka itu diambilnya di Kete Kesu.
Tak di sangka, antrian ke sana cukup panjang, saya sampai mikir “ini habis lebaran lho? Bukan Lovely Desember?!”.
Kami di Kete Kesu yang ikonik |
Sehabis di sana, saya ke Londa yang ujungnya ya sama juga, “Wisata Makam”!
Saya sangat takjub melihat warga Toraja yang jadi guide.
Gak hanya bahasa Inggris, bahasa “cos cos” dari Portugal pun dijabanin.
Inilah bukti bahwa melakukan/berinteraksi langsung adalah cara terbaik untuk belajar bahasa asing.
No comments:
Post a Comment