Lebaran Idul Fitri 1436
H baru lewat sehari kami sudah langsung berangkat ke Toraja.
Ya, pada lebaran kali ini kami tidak mudik karena rencananya kami akan ke Bau-Bau nanti pada bulan depan saat Nita menikah. Jadi daripada bolak-balik, lebih baik sekalian aja nanti pulangnya.
Ya, pada lebaran kali ini kami tidak mudik karena rencananya kami akan ke Bau-Bau nanti pada bulan depan saat Nita menikah. Jadi daripada bolak-balik, lebih baik sekalian aja nanti pulangnya.
Lebaran kali ini, cuti
bersama sudah cukup banyak jadi nggak perlu ngambil cuti lagi. Total 6 hari
waktu libur kali ini.
Daripada pusing di rumah gak ke mana-mana akhirnya kami mutusin untuk menghabiskan waktu liburan ini ke Toraja.
Daripada pusing di rumah gak ke mana-mana akhirnya kami mutusin untuk menghabiskan waktu liburan ini ke Toraja.
Ini kali ke dua saya ke
sana.
Pertamakalinya saya ke sana pada Desember 2009 lalu bareng teman-teman di Bulukumba dengan mengambil rute melingkar yang cukup gila.
Pergi lewat jalur Timur (Bulukumba, Sinjai, Bone, Sengkang, Sidrap, Enrekang, Toraja) dan Pulang lewat jalur Barat (Toraja, Enrekang, Sidrap, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba).
Pertamakalinya saya ke sana pada Desember 2009 lalu bareng teman-teman di Bulukumba dengan mengambil rute melingkar yang cukup gila.
Pergi lewat jalur Timur (Bulukumba, Sinjai, Bone, Sengkang, Sidrap, Enrekang, Toraja) dan Pulang lewat jalur Barat (Toraja, Enrekang, Sidrap, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba).
Kenangan perjalanan 24 Desember 2009 yang tak terlupakan. Arsyad, Avil, Angga, Tyo, Maskur, Syawal & Edwin |
Sekarang saya hanya berdua bersama istri.
Di sini saya harus
mengandalkan diri sendiri dan menjadi leader bagi istri saya yang sama sekali
belum pernah travel ke sana.
Pernah sih kami ke sana saat saya ada dinas luar ke Palopo dan pulangnya melewati jalur Toraja pada akhir tahun 2012 lalu.
Tapi itu hanya transit beberapa menit dan bukan liburan. Jadi untuk pengalaman, istri saya masih nol.
Pernah sih kami ke sana saat saya ada dinas luar ke Palopo dan pulangnya melewati jalur Toraja pada akhir tahun 2012 lalu.
Tapi itu hanya transit beberapa menit dan bukan liburan. Jadi untuk pengalaman, istri saya masih nol.
Sabtu 18 Juli 2015 jam
22.00 WITA, kami berangkat ke Toraja.
Untuk transportasi dari Makassar ke Toraja, kami mencoba menumpang Bus Litha & Co yang pangkalannya terletak di Panaikang dekat Taman Makam Pahlawan Makassar.
Harga Tiket Rp. 180.000,- dan sangat nyaman.
Di dalam bus cukup landai, kaki bisa lurus. Disediakan selimut.
Jadi walaupun perjalanan jauh, badan ini tidak terasa capek, apalagi berangkat malam. Tinggal tidur, buka mata udah nyampe.
Menjelang pagi sekitar jam 05.30 kami sudah tiba di Toraja.
Saya ingin semua bus itu seperti ini, jadi walaupun jarak yang ditempuh sangat jauh, para traveler bisa langsung beraktifitas saat tiba di kota tujuan.
Untuk transportasi dari Makassar ke Toraja, kami mencoba menumpang Bus Litha & Co yang pangkalannya terletak di Panaikang dekat Taman Makam Pahlawan Makassar.
Harga Tiket Rp. 180.000,- dan sangat nyaman.
Di dalam bus cukup landai, kaki bisa lurus. Disediakan selimut.
Jadi walaupun perjalanan jauh, badan ini tidak terasa capek, apalagi berangkat malam. Tinggal tidur, buka mata udah nyampe.
Menjelang pagi sekitar jam 05.30 kami sudah tiba di Toraja.
Saya ingin semua bus itu seperti ini, jadi walaupun jarak yang ditempuh sangat jauh, para traveler bisa langsung beraktifitas saat tiba di kota tujuan.
Bus Litha & Co |
Dalam bus |
Kami memutuskan untuk nginap
di Wisma Maria 1.
Letaknya tidak jauh dari pasar sentral atau pangkalan Bus. Mungkin sekitar 400 meter.
Kita bisa naik ojek atau becak, atau malah bisa juga niru para bule yang suka berjalan kaki.
Letaknya tidak jauh dari pasar sentral atau pangkalan Bus. Mungkin sekitar 400 meter.
Kita bisa naik ojek atau becak, atau malah bisa juga niru para bule yang suka berjalan kaki.
Wisma Maria 1 ini unik.
Penampakannya dari luar sangat kalah jauh dibanding hotel-hotel besar yang ada di kota Toraja.
Tapi para turis asing malah senangnya nginap di sini.
Saat kami datang, kami harus antri dulu menunggu para traveler lain yang cek out. Kami menunggu sampai 4 jam untuk dapat kamar.
Para bule yang antri pun tampak berserakan tidur di mana-mana.
Penampakannya dari luar sangat kalah jauh dibanding hotel-hotel besar yang ada di kota Toraja.
Tapi para turis asing malah senangnya nginap di sini.
Saat kami datang, kami harus antri dulu menunggu para traveler lain yang cek out. Kami menunggu sampai 4 jam untuk dapat kamar.
Para bule yang antri pun tampak berserakan tidur di mana-mana.
Saya salah ternyata.
Saya pikir pergi ke Toraja saat lebaran Idul Fitri itu bakalan sepi, tidak seperti saat akan memasuki Natal di bulan Desember.
Tapi kenyataannya, para bule begitu dinamis pergerakannya.
Banyak yang cek out, banyak pula yang cek in.
Saya sempat tanya penginapan lain yang dekat situ, dan mereka kehabisan kamar juga.
Saya pikir pergi ke Toraja saat lebaran Idul Fitri itu bakalan sepi, tidak seperti saat akan memasuki Natal di bulan Desember.
Tapi kenyataannya, para bule begitu dinamis pergerakannya.
Banyak yang cek out, banyak pula yang cek in.
Saya sempat tanya penginapan lain yang dekat situ, dan mereka kehabisan kamar juga.
Wisma Maria 1, tempat nginap kami |
Potret di dalam kompleks Wisma Maria 1 |
No comments:
Post a Comment