Sudah 4 tahun saya gak berlebaran di kampung istri.
Terakhir ke sana tahun 2014, itu artinya dari Piala Dunia ke Piala Dunia.
Kalau dipikir itu merupakan waktu yang lama, tapi kalau perasaan saya, sangat cepat sekali, serasa baru saja saya habis dari sana.
Kali ini kami bisa pulang dengan membawa Abdullah, mumpung dia masih dalam kondisi lucu-lucunya dan belum sekolah, saya pikir inilah kesempatan terbaik kami untuk pulang bersama.
Kami juga bisa pulang karena Alhamdulillah ada dana yang diberikan pemerintah pada bulan ini, dan ketika pulang dari sana akan ada dana lagi yang diberikan, jadi kami tidak khawatir bakal kesulitan hidup sepulangnya dari sana.
Ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena kali ini yang diberikan beserta plus-plusnya, sedangkan yang lalu-lalu hanya intinya aja jadi gak pernah bisa cukup untuk pulang bersama. Apalagi kali ini bakal 2 kali diberikan, jadi bisa lebih amanlah kedepannya.
Demi menghemat dana dan juga menghindari macet parah yang biasa terjadi pada saat lebaran maka kami memilih untuk mudik pada hari H.
Dan ternyata apa yang kami inginkan berbanding terbalik dengan kenyataan.
Ternyata begini rasanya mudik pas pada Hari -H- Lebaran Idul fitri.
Hari lebaran ternyata tak berpengaruh dengan kesibukan manusia.
Manusia tetap sibuk mondar mandir beraktivitas walaupun hari lebaran.
Bahkan kami kesulitan mendapatkan bus di terminal Kampung Rambutan untuk ke Kota Cianjur karena bus yang beroperasi sedikit sementara yang mudik masih aja banyak. Mungkin para sopir juga mau lebaran bersama keluarga kali.
Kegiatan kami di sana banyak, ke Soreang, Situ Patengang, ke Pantai Sereg dan lain-lain, cuma saya sempat 5 hari gak nonton Piala Dunia karena parabola di rumah kami gak bisa nangkap siarannya.
Setelah itu semua berjalan lancar, aman dan bahagia.
Silahkan lihat videonya, itu adalah cerita kami saat pulang mudik lebaran Idul Fitri tahun 2018/1439 H ke Cianjur Selatan tepatnya di Kec. Cibinong.
No comments:
Post a Comment