Saturday, August 15, 2015

Kembali ke Kamaru Setelah 8 Tahun

2 hari setelah pernikahan, kami mengadakan perjalanan ke Kamaru.
Karena banyaknya yang ikut, maka kami menggunakan 2 mobil avanza.
Kami tu ada 18 orang, tapi yang 2 nya memang tinggalnya di sana, dia ke Bau-Bau untuk bantu-bantu di acara pernikahan, jadi kami ke sana sekalian ngantar dia pulang.

Sejak kemarin sih, kami berniat bermalam di sana agar lebih santai.
Sebagian juga ada yang mempersiapkan perlengkapan untuk nginap.
Tapi sayang, ada orang yang tak diharapkan ikut, dia memang tipenya perusak acara.
Gak suka jalan-jalan tapi mau ikut juga, akhirnya gak jadi nginap.

Dari awal sudah saya duga, kalau dia ikut, rombongan bakal gak jadi nginap, dan akhirnya terbukti benar.
Akhirnya hari ini saya nyetir 200 km dalam tempo 12 jam.
Bawaannya mau santai nikmati alam pedesaan akhirnya jadi capek di jalan.

Kamaru ada di Kecamatan Lasalimu, jaraknya 90 km dari Kota Bau-Bau.
Waktu saya masih kecil dulu, masa-masa belum sekolah sampai SD, saya dan saudara-saudaraku sering dibawa kakek dan nenek di sini.
Waktu itu perjalanan bisa memakan waktu 5 jam, mobil angkutan yang ada adalah bus tua yang berisi lebih banyak hasil kebun daripada orangnya.
Jalan rusak dan sempit, bila berpapasan dengan mobil lain maka mobil akan berjalan perlahan-lahan, sampai-sampai kaca spion hampir bersentuhan.

Tapi kini berbeda, sekarang jalannya sudah bagus, saya tempuh hanya 2:45 menit saja.
Saya tidak nyangka kalau jalannya sudah bagus, karena memang saya tidak tahu perkembangan kota ini.
Kalau jalannya masih seperti dulu, saya tidak berani nyetir.
Kalau jarak sih tidak mengapa karena saya sudah biasa bawa mobil dari Makassar ke Bulukumba sejauh 150 km.
Jadi perjalanan ke Kamaru ini saya anggap hanya seperti pergi dari Makassar ke Malino, karena memang jaraknya sama.
Kalau ke Malino malah saya tidak pernah nginap, selalu pergi pagi pulang sore.

Saya sangat antusias kembali ke Kamaru.
Terakhir 8 tahun yang lalu saya ke sini, waktu itu kondisi jalannya juga masih buruk.
Waktu itu, bapak yang sangat susah diajak berkumpul juga ikut ke sana.
Saya merindukan kebersamaan seperti itu.
Dalam kondisi seperti sekarang ini, bakal sangat sulit melihat bapak bisa turut berkumpul bersama kami.
Waktu itu kakek dan nenek juga masih ada.
Saya juga merindukan mereka, semoga Tuhan memberi tempat yang indah di sana.

Kami berangkat jam 9.30 pagi dan tiba di sana jam 12.
Saya masih dalam kondisi fit karena sangat antusias kembali ke desa ini.
Kami kemudian menyambangi rumah Tante Suriati untuk makan siang.
Makanan yang sederhana namun sangat nikmat bila dinikmati bersama seperti ini.
Rasa makanannya semua masih segar.

Nikmatnya makan bersama

Tante Suriati ini datang bantu-bantu juga di acara nikahan.
Dia membantu dengan sangat hebat, entah bagaimana mengutarakan rasa terima kasih kami padanya.
Semoga Tuhan memberi dia rejeki dan kebahagiaan yang melimpah.
Dengan berkunjung ke rumahnya ini, sebagai tanda bahwa kami menghargainya.

Setelah makan dan tidur siang sejenak, kami lanjut berkeliling desa, singgah di warung keluarga dan berakhir di Pelabuhan Kamaru.
Di perjalanan kami melihat ada pertandingan bola, mungkin ini turnamen 17 Agustusan.
Terbayangkan betapa hebatnya mereka bisa hidup di tempat sepi seperti ini.

Turnamen sepakbola 17-an
Singgah di warung keluarga
Dengan latar Pelabuhan Fery Kamaru
Di Pelabuhan Fery Kamaru

Dari pelabuhan, kami akhirnya berjalan pulang ke Kota Bau-Bau.
Tapi sebelum pulang, kami singgah dulu di kebun kakek untuk ngambil buah-buahan yang sudah siap panen.

Kasihan kebun ini, setelah kakek dan nenek tidak ada, kebun ini tidak terawat, terlihat banyak buah yang rusak di pohonnya.
Makanya kayaknya kebun ini lebih baik dijual saja daripada hasil ndak dapat, uang juga ndak dapat.
Sebelum tanah ini mengecil dan habis karena patoknya digeser orang.
Sudah tidak ada lagi yang mengurus karena semua anak-anaknya pada tinggal di kota.

Menggondol isi kebun

Jalan yang dulu kelihatan lebar kini nampak sempit sekali.
Jembatan yang melintasi sungai yang dulu tampak sangat tinggi dan lebar kini juga mengecil.
Semua kenangan-kenangan masa kecil itu sempat terlintas di kepalaku.

Jalan depan kebun yang dulu tampak lebar

Jam 16.45, kami baru benar-benar bergerak menuju kota Bau-Bau.
3 Jam kemudian kami sudah memasuki kota.
Sebelum pulang ke rumah, rombongan yang ngikut di mobilku singgah di Bukit Kolema tuk bersantai sambil makan gorengan.

Demikianlah perjalanan panjang hari ini.
Kurang sempurna karena rencana kami untuk nginap gagal.
Tapi dibawa happy aja karena kebahagiaan itu bermula dari pikiran diri sendiri.

Catatan - Rombongan yang ikut ke Kamaru:
Mobil 1: Bapak Adit, Mama Adit, Adit, Bapak Dul, Mama Dul, Dul, Oma, Mama Dian, Azzam
Mobil 2: Awank, Desi, Dian, Dafa, Mama Izal, Mama Miky, Mama Sari, Mama Garin dan Garin (Turun di Kamaru)

No comments:

Post a Comment